Mahasiswa: antara Berjuang dan Sukses



“Perlunya mahasiswa berdinamika dalam perjuangan studi untuk pengembangan diri guna memperdalam pengetahuan dengan melaksanakan dan menjalankan kewajiban, tugas dan fungsinya”.

Yogyakarta-TANPA SUARA- Mahasiswa yang tergabung dalam “Komunitas Peduli Kampung”  menggelar Diskusi tentang Dinamika Perjuangan Dalam Perjalanan Studi”, di Asrama Papua, Kamasan 1,  selasa, (21/01/2015), pukul 19:00-22 WIB.

Materi disampaikan oleh Mikael menekankan betapa pentingnya berdinamika dalam dunia pendidikan khususnya dan dalam kehidupan sosial  pada umumnya sebagai sebuah bentuk kepedulian mahasiswa terhadap perkembangan sosial.

“mahasiswa adalah agent of control, sehingga sangat diperlukan memiliki pengetahuan yang lebih luas untuk menanggapi setiap perkembangan dan dinamika yang terjadi dalam kehidupan sosial.”

Diskusi kali ini merupakan pertama setelah dibentuknya KPK untuk mengkaji dinamika kehidupan sosial, terutama dikampung. Dalam penjelasan, pemateri menyampaikan motivasi yang mendorong seseorang untuk berjuang dirantauan dan juga dinamika perjuangan:

Pertama, Motivasi Dasar Berjuang Dirantauan, dimana sesorang atau sekelompok orang belajar dirantauan itu disemangati oleh kemauan menimbah ilmu; mencari pengalaman; Pengaruh kakak yang lebih duluan merantau; dan ikut ramai dengan teman;

Kedua, Perjuangan Dirantauan, dimana mahasiswa itu dalam perjuangan selalu menghadapi segala tantangan (waktu, tenaga dan finansial) untuk mencapai tujuannya.  Dia mengandaikan bahwa untuk mencapai tujuan menimbah ilmu di tanah rantauan mahasiswa harus seperti orang tua kita dulu bahwa  mereka pergi ditempat jauh datang dengan sesuatu yang berarti;

Ketiga, Tantangan Dalam Perjuangan , dimana mahasiswa itu selalu saja dialami sakit, lapar, keterbatasan uang foto kopy , berita duka dll yang perlu dilewatkan dengan sabar dan berkomitmen pada tujuan perkulian. Dia mengandaikan, Yesus yang dalam perjuangan kebenaran hingga bangkit  kesorgapun selalu beradapan dengan cobaan secara kasar maupu halus yang dilakukan umat manusia maupun alamnya;

Keempat, Mahasiswa Bukan 3K, dimana mahasiswa harus mengedepankan tugas utama yaitu membaca, diskusi dan menulis, bukan mahasiswa Kampus, Kos dan Kampung.
Kelima, Hakikat Mahaiswa, dimana mahasiswa harus memposisikan diri sebagai agen of control dalam proses pembangunan negara maupun daerah;

Keenam, Organisasi Internal dan Eksternal Kampus, dimana mahasiswa harus bergabung aktif dalam UKM di kampus maupun ikatan-ikatan yang sudah memiliki dasar pemikiran dan manfaatnya.

Ketuju, Kesuksesan, dimana mahasiswa harus mengakhir perkuliaan dengan gelar sebagai kesuksesan pribadi yang akan mengaplikasi ilmunya secara kolektif di masyarakat untuk membangun daerah dan negara pada umumnya.

Sesi Tanya Jawab

Berdasarkan penjelasan pemateri, dalam sesi tanya jawab, peserta diskusi menyampaikan beberapa pertanyaan, diantaranya: 

Bendi, untuk apa mahasiswa  mencari llmu dirantuan?; mengapa sebagian mahasiswa Papua sering mengonsumsi minuman keras (Miras)?

Terkait dengan pertanyaan pertama, menurut Mikael adalah untuk mengubah nasip hidupnya; mempertajam daya kritis dan menanmbah wawasan lebih luas untuk membangun daerah dan merespon tuntutan jaman. Sedangkan terkait dengan pertanyaan kedua, menurut Dance dan Januar adalah faktor serba murah di kota besar seperti Jawa dan kebiasaan dilingkungan sebelumnya di Papua. Lanjut, Januar, solusinya sejak kecil  keluarga harus mendidik dan membina secara teratur untuk membiasakan anak dalam perkembangannya.

Sedangkan, solusi menurut Dorteus,  harus ada orang (senioritas) yang memberikan kesadaran kepada mereka di tempat berstudy, untuk meminimalisir mahasiswa yang seakan terbiasa dengan miras di tempat studi ini.

Dari diskusi tersebut, notulen Bendi menyimpul bahwa mahasiswa memiliki kewajiban menempuh studi hingga tamat dan mahasiswa juga mempunyai  tugas yang harus dilaksanakan yakni membaca buku dan mengamati ; diskusi, seminar; dan menulis ;  berorganisasi dan belajar apa saja yang bisa memberikan kontribusi dalam pengembangan dirinya.

Mahasiswa  juga memiliki fungsi, yakni menjadi agen of control, (agen kontrol), artinya mahasiswa harus menjadi pengontrol perkembangan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sambil memberikan kritikan, masukan dan solusi secara kritis.

Dengan demikian,  harus bersemangat dalam proses pembelajaran  (bukan merusak diri) dan sabar menghadapi tantangan menjadi dua hal utama yang layak dibiasakan dari diri mahasiswa dalam proses perjuangan dirantauan, (TS/KPK/Bendi)

Editor: Ipou Igo’n

Baca Juga Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply