Perpisahan Akhir Kebahagiaan



"Cerita Dongeng"



IIlustrasi,google.com)
Disuatu tempat seorang pemuda yang kerja kesehariannya bikin kebun dan membuat jerat. Untuk membuat jerat ia melewati tuju gunung dengan jalan yang berliku-liku bukan menjadi ukuran baginya karena sudah terbiasa. Hari demi hari ia lalui dengan aktifitas yang dilakoninya, selama itupun ia sangat menyukai seorang gadis dari kampung tetangganya, namun tak perna mengungkapkan padanya secara langsung. Bagi pemuda itu, gadis yang ia sukai itu merupakan prospek pendamping hidup dalam kesepihan. Si pemuda  dalam kesepihan duduk  memikirkan gadis
itu, sehingga ia bersumpah bahwa sekarang juga saya harus pergi mencari gadis itu untuk mengungkapkan perasaan cinta yang terpendam dalam benaknya. Ia pergi ke kebunnya gadis itu, setibahnya pemuda itu face to face (tatap muka) dengan gadis itu, namun si pemuda tak mampu mengungkapkan, pembicaraannya kaku dan seluruh tubuhnya terlihat gementar bagaikan orang kena sakit malariah sehingga ia tak mengungkapkan perasaan cinta padanya.
Pemuda itu pulang ke rumah, disepanjang jalan muncul banyak pertanyaan dalam benak bahwa “mengapa saya tak mampu mengungkapkan perasaan cinta ini, kapan saya harus mengungkapkan perasaan ini, dsb ” sambil banting tangan di pohon serta batu yang ada di samping kiri kanan jalan itu. Setibah dirumahnya, pemuda itu tak mampu menutup mata memikirkan gadis idamannya hingga menyambut pagi, hari itu ia tak bekerja dan mengundang banyak pertanyaan dalam benak  sehingga pada sore harinya  pemuda itu bersumpah sekarang juga saya harus mengungkapkan perasaan ini kepadanya untuk menjawab sejumlah pertanyaan ini. Pemuda itu lompat keluar dari dalam rumah untuk  pergi ke rumah gadis itu, si pemuda mengatakan dalam benaknya, hari ini juga saya harus bisa sambil banting tangan diatas batu hingga mematakan busur dan anak panah yang ia bawah.  Setibahnya, gadis itu sedang masak ubi  sehingga  si pemuda tanpa rasa takut mengungkapkan perasaannya “pane, ani akimaida bokaga” adik saya suka kamu, si gadis menerimah cintanya dengan hati yang tulus. Kini sejuta pertanyaan dalam benak si pemuda  telah terjawab hingga menarik nafas yang panjang, suasanapun berubah dan terlihat bahagia hingga terasa dunia menjadi milik mereka berdua.

Keesokan harinya mereka berdua pergi kerumahnya pemuda itu, seminggu kemudian ia membawah gadisnya melewati tuju gunung ke tempat pemasangan jerat  yang merupakan aktifitas kesehariannya. Setibahnya ia (pemuda) itu mengatakan kepada  pacarnya (gadis) bahwa “aniki bokee kaadona teuwinekaa, bokee owapaa/gekawapa  kiiya bodiya naadagumeyake nota, nomo naayotai”  saya pergi cek jerat jadi, kamu pasang api di dalam pondok kecil ini lalu masak ubi dan keladi, kemudian ia pergi dengan membawah busur anak pana dan tuju noken besar untuk mengisi kus-kus yang terjerat. Ia mengecek semua jerat yang telah dipasang beberapa minggu lalu, ternyata banyak kus-kus yang terjarat sehingga ia isi didalam tuju  noken itu hingga penuh. Kemudian ia kembali ke pondok kecil itu, setibahnya sang gadis “pacarnya” menyanyikan sebuah lagu (gawai) sebagai kata terakhir dan perpisahan untuk selamanya:

Yinena gaakoo, Gowana gaakoo
Ukaa tuwapii, Mapegaa tuwapii, benaituwapii
Teetege kidiyaa
Keidou yamoo doopee yamouwi tinope yamouwi.....
Gedoobe dubaa, tebehbe dubaa naumigogekii kagagakodaa
***
Sebelum kau mengungkapkan perasaan cintamu padaku
Kau mematahkan busur dan anak panah hingga membanting tanganmu
Dan  akupun  menerima cintamu.
Namun baru ku tahu
ternyata engkau mengantar aku di mulut kelabang.

Ketika mendengar lagu tersebut, pemuda itu kaget dan memeluk pacarnya hingga meninggal dalam pelukan. Ternyata pondok yang telah lama dibangun oleh si pemuda itu telah menjadi sarang  kelabang, banyak kelabang yang masuk dalam tubuh gadis itu hingga menghancurkan anggota tubuh kemudian meninggalkan pacarnya untuk selamanya. Ia mengeluarkan kus-kus dari dalam noken hingga menendang sembarangan seiring dengan derai air mata. Mayat pacarnya diisi dalam noken kemudian bawah pulang ke rumah, disepanjang jalan seiring dengan air mata. Setibahnya ia menguburkan  mayat pacarnya disamping rumah seingga kebahagiaan telah berubah menjadi kesedihan dan penyesalan bersama derai air mata telah menjadi bagian dari hidupnya sampai ajal menjemput.

By: Ipou Igo'n

Baca Juga Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply