Oh Ternyata........!!!!!!!!



Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Salam kenal, Bapak Jamal Ma’mur Asmani
Nama saya:  Mikael Tekege
Dari Nabire Papua

Saya sangat senang dengan buku karya Bapak dengan judul “Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal”. Sungguh karya sangat luar biasa, sejumlah pertanyaan yang terpendam dalam benak saya sudah terjawab. Sejumlah pertanyaan ini muncul berdasarkan pengalaman ketika bangku sekolah. Kami diajarkan cara membuat  sawa, kami diajarkan konteks kehidupan masyarakat Jawa, kami juga diajarkan di Jawa ada Candi Perambanan dan Borobudur serta kondisi geografis pulau Jawa, sementara kami sendiri tidak perna membayangkan semua itu. Mungkin kami bisa mengerti ketika diajarkan sesuai dengan konteks yang ada daerah itu.

Kami melangkah ke jenjang berikutnya tanpa memahami potensi yang ada di daerah. Salah satu adik yang menganyam pendidikan di salah satu  Sekolah Menengah Atas (SMA) di Daerah Istimewa Yogyokarta (DIY) mengatakan bahwa bahasa jawa merupakan satu pelajaran yang kami terima. Saya baru tahu ternyata disana seperti itu, karena kami dilarang menggunakan bahasa daerah dilingkungan sekolah, seakan-akan bahasa daerah merupakan suatu ancaman, pada hal ini bagian dari kekayaan kultur yang perlu dilestarikan. Menurut prediksi peneliti, seperti dilansir di koran lokal (lensa Papua) bahwa dalam waktu 100 tahun ke depan bahasa-bahasa di dunia akan tinggal 50 persen, sedangkan sisanya akan punah mengingat kuatnya pengaruh bahasa-bahasa utama dalam kehidupan global. Ia juga menuturkan, di Papua ada sembilan bahasa yang telah punah, yakni di Kabupaten Sarmi tiga bahasa (Bapu, Darbe, dan Wares), di Jayapura dua bahasa (Taworta dan Waritai), di Jayawijaya dua bahasa (Murkim dan Walak), Manokwari satu bahasa (Meoswar), dan di Rajaampat satu bahasa (Loegenyem). Akibatnya banyak generasi muda saat ini tidak mengetahui bahasanya. 

Ada mata pelajaran muatan lokal, tetapi kami tidak diajarkan dengan baik, selain ditugaskan untuk membawah kayu bakar dan pagar untuk guru. Ketika itu saya merasa bahwa, mungkin semua yang ada daerah ini tidak mengandung nilai positif yang bisa dimanfaatkan. Kebudayaan, sosial, ekonomi dan historis serta  kondisi geografis dan lain-lain tidak memiliki arti, sehingga mereka ajar yang tidak perna kami ketahui. Mungkin mereka yang menjalankan sistem ini tidak memahami hal itu, atau mungkin  sengaja mengajarkan hal itu demi kepentingan tertentu. 

Melalui karya bapak saya mengetahui  dan menyadari bahwa ternyata semua kearifan lokal yang ada memiliki arti dan mengandung makna yang sangat signifikan. Kayakinan tradisional mengandung sejumlah besar data empiris yang berhubungan dengan fenomena, proses dan sejarah perubahan lingkungan sehingga membawa implikasi bahwa system pengetahuan tradisional dapat memberikan gambaran informasi yang berguna bagi perencanaan dan proses pembangunan.

Demikian pengalaman atau cerita singkat dari saya. Akhirnya saya  tak lupa ucapkan terima kasih atas karya Bapak yang luar biasa ini,  semoga Tuhan berikan umur panjang agar terus  berkarya demi kemajuan negeri ini.

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

“Aku Sang Liar”

Baca Juga Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply