Negara mana
yang ingin ditindas oleh kekuasaan asing? Atau siapa yang ingin miliknya
dirampok dengan tidak adil? (Dead Sea
Scroll)
Pada hakikatnya manusia diciptakan untuk
hidup bebas tanpa dihantui oleh siapapun dan atas nama apapun. Semua manusia
didunia ini memiliki norma atau aturan yang berbeda-beda sebagai pedoman hidup,
sekalipun hewan juga memiliki aturan itu sendiri. Meskipun demikian, dengan
adanya haus akan kekuasaan dan kepentingan negara memaksakan masyarakat untuk
tunduk pada aturan hukum yang negara buat hingga menghilangkan aturan yang ada
sejak awal mula.
Berangkat dari itu, masyarakat Papua
menghadapi hal itu, dipaksakan untuk tunduk pada kekuasaan yang menindas hingga
kini terhitung 52 tahun lamanya. Berbagai macam persoalan seakan-akan telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, harkat dan martabat
menjadi taruhan demi kebebasan diatas negerinya. Segala-galanya yang dimiliki
oleh masyarakat dan alam Papua sendiri dikeruk habis-habisan, dan keunggulan
serta prestasi yang diraih oleh anak negeri Papua dianggap tidak penting dan
ancaman bagi mereka yang berjaya dinegeri ini, hingga menstigma berbagai bentuk
label yang bertujuan untuk membunuh karakter anak negeri.
Meskipun demikian, kita perlu sadari bahwa
itulah resiko yang kita harus terima dalam perjuangan ini, maka janganlah
menyerah karena anda (generasi mudah Papua) berada pada posisi yang benar. Jika
kita biarkan dia akan merasa mampu mengalahkan kita. Oleh karena itu, kita
harus sadar bahwa mereka rampas semua
yang kita miliki, mereka menginjak harkat dan martabat kami, mereka membunuh
dan siksa serta perkosa kami dan semua itu tak pantas kita hadapi karena kita
adalah manusia yang memiliki hak untuk hidup, hak untuk bebas, dan hak untuk
memiliki seperti mereka yang diseberang sana.
Para pejuang dahulu bangsa Papua
seakan-akan mengatakan: Saya berusaha sekuat tenaga dan semampu saya untuk
mempertahankan apa yang kita miliki, saya telah berusaha sekuat tenaga untuk
mengusir kaum kolonialis, saya telah berusaha agar anak cucu kita hidup aman
dihari depan. Dan saya telah berusaha mempertahan kebesaran kita, saya telah
berusaha mengangkat harkat dan martabat kami sebagai manusia, saya telah
berhadapan dengan berbagai macam moncong senjata yang tak perna mengalahkan
bara juangku hingga menembus tima panas dalam tubuhku.
kita perna merdeka dan kita memiliki
alat kelengkapan negara seperti dia yang berjaya dinegeri ini, yakni bendera
Bintang Kejora, semboyan yakni “ one people one soul”, lambang negara Burung
Mambruk, dan bentuk negara Republik West Papua dan lagu kebangsaan Hai Tanahku
Papua. Inilah dasar perjuangan anda untuk mengakhiri semua persoalan yang
terjadi dinegeri kita tercinta Papua.
Hai generasi mudah Papua, engkaulah
tulang punggung bangsa Papua ini, kami gantungkan harapan akan kebebasan
kepadamu, kami mengharapkan engkau menghapus air mata rakyat Papua ini, kami
mengharapkan tangisan kami engkau menggantikan dengan suara tarian “waita,
sapusa, bunyi tifa dll” seperti yang dulu perna kami lakukan, kami
menggantungkan harapan kami kepadamu agar kami tersenyum bersama lambang
kebesaran kita “Bintang Kejora”, dan semua harapan ini kami gantungkan
dipundakmu anak-anak muda Papua.
Jika saya mengatakan sejujurnya kepadamu
bahwa: tanah ini milikmu; gunung ini milikmu; sungai ini milikmu; batu ini
milikmu; pohon ini milikmu; dan segalanya yang di atas maupun didalam tanah
Papua ini adalah milikmu. Jika saya mengatakan yang benar, kebebasan ini hakmu,
seperti yang perna dituliskan dalam lembaran negara ini. Maka generasi muda
Papua: kembalikanlah tanah ini kepadamu; kembalikanlah gunung ini kepadamu;
kembalikan sungai ini kepadamu; kembalikanlah batu ini kepadamu; kembalikanlah
pohon ini kepadamu; dan kembalikanlah semua ini kepadamu, karena itulah yang
Tuhan berikan kepadamu, dan Tuhan pasti dipihakmu.
Demi kebenaran, demi kebebasan, demi
harkat dan martabat, dan demi hak sebagai manusia, maka anda (generasi muda
papua) harus berjuang. Anda yang dari timur, dan yang dari barat, anda yang dari utara dan yang dari selatan,
anda yang dari gunung dan yang dari pesisir negeri cendrawasih, saya wariskan
perjuangan ini kepadamu. “Anda adalah
pewaris perjuangan ini yang telah saya wariskan kepadamu”. Warisan ini anda
harus jalankan sampai lambang kebesaran ini berkibar di negeri ini, sampai
mengembalikan harkat dan martabatmu, dan sampai kita kembalikan segalanya yang
mereka rampas.
Katakanlah dengan sungguh-sungguh bahwa
saya adalah pewaris perjuangan ini dan bertanyalah pada dirimu dimana
warisanku? Berjuanlah karena warisanmu adalah perjuangan itu sendiri.
Memelihara Sang
Bayi “nasionalisme” Papua
Sebagaimana orang Papua pada umumnya
mengatakan bahwa tanah Papua adalah “Ibu”. Ya memang betul, karena orang Papua
menjalankan berbagai macam aktifitas diatas tanah bahkan tanah Papua
menyediakan segala-galanya, baik didalam tanah maupun diatas tanah agar kita
memanfaatkan dengan memperhatikan keseimbangan alam. Semuanya ini membuat kita
bangga dan semakin cinta padanya Papua. Kebanggaan kita biasa tunjukkan melalui
pembicaraan maupun lagu “tanah Papua, dan Aku Papua” yang biasa kita nyanyikan
disaat-saat tertentu.
Tanah Papua dan segalah isinya membuat
kita bangga dan itulah yang Papua buat dan berikan kepada kami. Dan kita telah
berjanji dengan mengatakan bahwa “saya bangga jadi anak Papua” dan pengakuan
itulah yang Tanah papua mau, tetapi yang Tanah Papua menuntut adalah
pernyataanmu harus sejalan dengan tindakan nyata sebagai bukti bahwa anda
memang benar-benar cinta Papua.
Saat ini Papua butuhkan kepedulian kita
dalam berbagai macam persoalan yang terjadi untuk merespon disertai dengan
tindakan yang sungguh-sungguh. Anda bangga jadi anak Papua bearti jangan
menjual tanah Papua dan segala isinya yang merupakan Ibu serta sesama orang
Papua. Dengan kata lain, ibarat anak menjual ibu dan jeruk makan jeruk. Oleh
karena itu, mari kita katakan cinta dan disertai dengan buktinya sebagai
balasannya.
Semua itu merupakan bagian tak
terpisahkan dari upaya untuk membesarkan sang bayi “nasionalisme” Papua yang
telah lahir dari kawin paksa yang terjadi pada tahun 1962. Marilah generasi
muda Papua memelihara dan membesarkan bayi itu meskipun akan melewati jalan
yang berliku-liku dan kita harus mengakui bahwa itulah resiko yang harus kita
tanggung dalam upaya memupuk dan memelihara bayi itu. Namun, satu hal
signifikan yang perlu kita ketahui bahwa dalam perjuangan demi kebenaran banyak
orang tidak suka.
Kaum muda Papua katakan cinta kepada
tanah Papua, dan dalam cinta lihat dan pandanglah apa yang terjadi pada
cintamu; generasi muda Papua katakan Ibu kepada tanah Papua, maka lihatlah apa
yang terjadi pada ibumu. Siapa yang
ingin cinta kita direbut dan diperkosa oleh orang yang tidak perna kita kenal
dalam hidup ini? Siapa yang ingin ibu kita disiksa dan dibunuh atas nama
kedaulatan negara yang masuk secara ilegal ini? Lindungilah cintamu dan
selamatkanlah ibumu yang telah memberikan dan merelakan semuanya kepadamu.
Atas nama cinta dan ibu anda akan
melihat betapa beratnya beban dan persoalan yang dihadapi oleh Papua.
Tanpa cinta dan ibu kepada Papua, ibarat
anda berjalan dalam kegelapan malam yang diciptakan oleh para penguasa negara
ini. (Ipou Igo’n)
Tidak ada komentar: