![]() |
Ilustrasi busana adat PNG.google.com |
Lelaki tua itu
berangkat sehari sebelum pesta adat dilaksanakan. Setelah melakukan perjalanan
yang panjang, tibalah lelaki tua itu pada tempat dilaksanakan Yuwo.
Lelaki tua tersebut langsung menuju ke tempat berdansa yang benama Emaida
(Bahasa Mee- Papua). Setelah beberapa jam berlalu, datanglah seorang
gadis “megetuatai yagamo“
yang
artinya gadis yang suka memilih-milih laki-laki. Ketika mereka mulai berdansa
pandangan mata gadis itu, selalu tertujuh pada lelaki tua tersebut. Gadis
itu pun tertarik dan jatuh cinta lelaki tua itu, karena di mata gadis itu kakek
tua itu terlihat sebagai lelaki yang sangat tampan di antara ratusan laki-laki
yang sedang berdansa bersama di rumah dansa (Emaa).
Keesokan harinya
pesta yuwoo mulai, lelaki tua itu membeli daging babi yang
sedang dijual, lalu memberikan kepada gadis itu untuk disimpan pada Noken (tas asli suku Mee) yang dibawa
gadis tersebut. Setalah itu lelaki tua itu mengajak gadis tersebut
untuk pulang ke rumah milik lelaki tua itu, namun di pertengahan jalan lelaki
tua itu mengatakan bahwa “ Saya mau
cari sayur paku untuk kita barapen babi itu. Kamu pergi ikuti jalan ini ke rumah yang ada di ujung sana itu karena
itu rumah saya, jangan takut langsung masuk saja".
Gadis itu pun
pergi dan berjalan sesuai yang diperintahakan oleh lelaki tua tersebut.
Setibanya di rumah yang berada di tengah hutan, ia langsung masuk ke
dalam rumah tersebut. Gadis itu, melihat kesebelah ada seorang leleki tua
yang umurnya diperkirakan 100-an tahun, sedang duduk asyik dan mengisap rokok
dengan mengeluarkan segumpul asap dari mulutnya.
Sejak awal gadis
tersebut masuk ke rumah, pandangannya selalu dialihkan ke arah pintu. Ia
menanti kedatangan sang kekasihnya yang tadi berjanji pergi untuk mecari sayur
paku. Suara Jangkrik pun berbunyi, menandakan hari mulai malam. Lelaki tua yang
diperkirakan 100-an tahun itu pun menutup pintu rumah tersebut. Lalu
gadis itu bertanya pada lelaki tua itu "Anakmu belum datang?". Jawab lelaki tua itu, ‘’Tunggu siapa lagi, mari daging babi yang
tadi saya beli itu supaya kita barapen’’. Gadis itu kaget
dan berlari pergi meninggalkan lelaki tua itu, tetapi tiba-tiba jalannya
tertutup dengan tembok batu. Oleh karena itu, gadis itu terjebak dan tak bisa
jalan kemana-mana. Tembok itu tidak juga terbuka selama satu minggu, air mata
pun banjir membasahi pipi gadis itu tiada hentinya.
Akhirnya gadis itu
merasa lelah menunggu tembok itu terbuka maka ia menanyakan pada lelaki tua,
katanya “ Apa nama tembok yang
menutupi jalan itu? ” jawab lelaki tua itu, " kouko
imoumi mogo imotou mogo kodoko amadi". artiya "Itu tembok kehidupan dan keselamatan"..
Lalu gadis terdiam dan merenung setelah beberapa menit gadis itu menyanyikan
sebuah nyanyian tradisional [Gowai: Bahasa Mee]:
Edoupeu…
egaipeu adama
kiima…
umeetai kouko
odooo danino beh daniino…
kouwaiko imoumi
mogo
imotou mogo wouto
kouya…
woopi naatita…
amopi naatita…
Yang artinya
Ku tak mau hidup dengan lelaki tua ini
Ku tak mau hidup dengan lelaki tua yang jelek ini
Andaikan seseorang membawa aku kesebelah
Tembok kehidupan dan keselamatan ini
Ku tak mau kembali lagi
Setalah
mendengarkan nyanyaian gowai tersebut dari gadis itu dan Lelaki Tua itu pun
membalas dengan sebuah nyanyian gawai:
apiii………..-apiii………….
uwoh manaa meime
kati…………..
piyaa manaa meime
kati……………
keiwaiko imoumi
mogo
imotou mogo watiya
kigaa…………
inai mitouya woo
abonaii kidiki…….
Yang artinya:
sayang……….-sayang…………
Jika engkau pergi dariku
Ku suruh siapa untuk timbah air
Dan ku suruh siapa untuk cari kayu bakar
Tinggallah bersamaku untuk selamanya…
Setelah itu gadis
itu masuk kembali ke dalam rumah lelaki tua itu. Gadis itu terpaksa
memilih tinggal bersama lelaki tua itu selamanya, karena tidak bisa pergi
kemana-mana lagi , akhirnya mereka berdua menikah dan memulai hidup baru
sebagai sepasang suami istri.
Cerita dongeng ini
berpesan kepada kita semua khususnya pada kaum mudah bahwa, jika kita tertarik
pada seseorang jangan dilihat dari harta dan wajah (tampang luar) saja,
karena tampang luar tidak menjamin hidup kita akan bahagia justru dapat
menipu dan hidup kita akan kacau, menderita, dan menyesal seperti dongeng
diatas ini, tetapi jika kau mencintai seseorang lihatlah ketulusan hatinya
untuk mencintai dengan tulus maka hidup kita akan dipenuhi dengan kebahagiaan. [Mikael
Tekege]
Yogyakarta,
6 Oktober 2012.
Tidak ada komentar: