Diangkat dari sebuah film yang
ditayangkan melalui saluran global Tv
pada hari sabtu sekitar pukul 23:12 Wib
Pahlawan nasional Skotlandia, William Wallace
segera akan dihukum mati. Kala itu hukuman mati yang diterapkan oleh penguasa
Inggris sangatlah kejam, sang algojo di hadapan khalayak mengayun kapak tajam,
kemudian darah dan daging berhamburan, kepala terpisah dari badannya.....di
dalam film "Brave heart",
kita menyaksikan adegan seperti ini: Sesaat sebelum penerapan hukuman mati, di
dalam sel tunggal khusus si pidana mati, Wallace menampakkan tebersit
ketakutan, dalam kesepian ia berdoa kepada sang Pencipta: "Ya Tuhan,
berilah hamba kekuatan."
![]() | |
Internet |
Itu
adalah penampakan sifat manusia yang nyata. Semua manusia terdiri dari darah
dan daging, siapakah orang yang tidak takut akan kematian, apalagi dihadapkan
dengan cara kematian brutal semacam ini? Hanyalah pahlawan sejati yang dapat
menyimpan dalam-dalam rasa ketakutan dan demi idealismenya ia dengan ikhlas
menyongsong kematian.
Suatu
hari, sekitar pukul 23:12 Wib saya duduk
depan layar kaca, menonton sebuah Film Brave Heart disaluran Global Tv. Meski mata ini ingin pejamkan untuk
berjalan-jalan dalam dunia yang tak tahu arah, namun saya bertahan hingga Film
itu tamat. Saya merasa tertarik untuk
nonton hingga selesai karena jalan ceritanya tak jauh berbedah dengan konteks
kehidupan masyarakat bangsa Papua barat sejak diintegrasi kedalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga saat ini.
Film
itu menceritakan ekspansi koloni kerajaan inggris atas Skothlandia pada tahun
1413 abat. Rakyat tidak menerima kehadiran para kolonial Inggris hingga melakukan
berbagai macam aksi protes, terutama perang. Namun, pasukan Inggris yang paling
banyak dan juga terlati serta dilengkapi
dengan perlengkapan perang sehingga para pemberontak banyak yang mati terbunuh.
Disamping itu, banyak pemberontak juga menerima tawaran berupa jabatan dan juga
emas agar tetap setia dan tunduk pada
(Inggris), banyak juga yang menjadi tentara disana. Hidup mereka dalam kemewahan atas penderitaan
rakyat Skothlandia, mereka mengkhianati perjuangan yang dulu dilakukan bersama
hingga kalah dan tunduk pada harta duniawi yang merupakan kepuasan sesaat itu.
Satu
hal yang sangat menyedihkan adalah ketika
rakyat Skothlandia melakukan pemberontakan, raja memerintahkan tentara
Inggris asal Skothlandia menghadapi mereka. Jeruk makan jeruk sungguh sangat
menyedikan. Para pemberontak tak ingin perang dengan saudara mereka
sendiri namun apa boleh buat harus
mereka perang.
Wallace
pemimpin pemberontak konsultasi secara persuasif dengan pemimpin pengkhianat yang merupakan
raja diwilayh itu. selama 100 tahun kita hidup dibawah kolonial inggris, Apakah anda
melihat banyak rakyat mati tersiksa itu? apakah harga diri kita cukup
dengan harta duniawi itu? mari ajak prajuritmu bergabung dengan kami demi
kemerdekaan negeri kita, harta kekayaan akan lebih banyak dan hidup kita akan
lebih behagia apabila kita merdeka, daripada anda hidup kemewahan atas penderitaan rakyat, apa nasipmu diakhir
hayatmu, kemudian Wallace pergi meninggalkan hingga menyiapkan pasukannya untuk
menyerang kolonial inggris.
Ajakan tersebut memukul hati anak raja pengkhianat itu, ia
renungkan beberapa menit kemudian konsultasi
dengan ayahnya agar bergabung dengan pasukan Wallace, namun ayahnya menolak
sambil berkata “anakku, bapa sudah tua dan tinggal hitung hari, besok kamu akan
menjadi penggantiku (raja), kamu jangan
sibuk dengan mereka, kau akan kehilangan semua harta bahkan nyawamu”. Anaknya
mengulangi pembicaraan Wallace diatas, namun ayahnya tetap menolak. Kemudian
anaknya mengatakan seiring dengan airmata “kau bukan ayahku, saya tidak mau
melihat hidup masyarakat menderita, dan saya tidak mau masuk neraka diakirat
nanti”, anak besok kau akan menjadi raja, kata ayah. Apa boleh buat, sebagai
orang tua ia harus patahi.
Beberapa
bulan kemudian, terjadi perang dilapangan terbuka. Anak raja tersebut terlihat
berkuda didepan pasukan tentara Inggris, sehingga tentara inggris yang berasal
dari Skothlandia yang dikomando olehnya diperintahkan untuk menghadapi pasukan
Wallace. Wallace terlihat sedih bersama derai air mata, mengapa harus begini
(jeruk makan jeruk). Meskipun demikian pasukan Wallace pantang mundur, pasukan
inggris yang jumlahnya banyak itu, tidak menakutkan serta tidak mengurangi
semangat untuk freedom. Mereka maju dengan gagah berani, ternyata musuh
tersebut bergabung dengan Wallace sehingga menyerang pasukan kolonial Inggris
yang ribuan itu dan berhasil
mengalahkan.
Setelah
perang, raja inggris bersama beberapa tentara melarikan diri dan Wallace
berkuda mengejar mereka. Ia mendapati tak jauh dari tempat perang tersebut,
sehingga seorang prajurit menghadapi Wallace yang telah kehabisan tenaga dalam
perang itu hingga ia terjatu pada pukulan yang pertama. Wallace melepaskan
topengnya prajurit itu ternyata anak
raja dari Skothlandia itu. tatapan mata bertahan sekitar 3o menit hingga
Wallace meneteskan air mata, beberapa menit kemudian prajuritnya Wallace datang
dan anak raja itu menyerahkan Wallace kepada mereka sambil berkata “bawah dia
dari sini, cepat”, kemudian ia lari berkuda menyusuli raja.
Mereka
pulang ke markasnya. Beberapa tahun kemudian seorang wanita cantik yang
merupakan anak tunggal dari raja datang membawah tawaran uang, emas, dan
jabatan untuk Wallace agar tunduk kepada raja. Namun, Wallace mengatakan “sudah
cukup 100 tahun hidup rakyat Skothlandia menderita, dan harga diri rakyat
Skothlandia tidak sebanding dengan semua yang anda tawarkan, rakyat Skothlandia
diciptakan untuk hidup bebas bukan untuk ditindas menderita, sehingga yang kami
butuhkan hanya Freedom”sambil menahan kepedihan. Kemudian, Sang putri mngatakan
“saya tahu, hidup kamu menderita, tetapi yang raja inginkan tercipta kedamaian
dalam kehidupan masyarakat, bukan peperangan”, dengan tegas Wallace mengatakan “tidak
ada yang kami butuhkan selain freedom”. Sang putri tidak percaya dengan
perkataannya karena pejuang lainnya telah menerima tawaran tersebut. Namun,
Wallace mengatakan “lihatlah muka saya, maka anda akan melihat keseriusan saya demi
rakyat Skothlandia”. Sang putri face to face sekitar 30 menit dan Wallace
mengatakan sambil menarik nafas yang panjang “suatu saat anda akan menjadi ratu,
tolong pandang rakyat Skothlandia sebagai manusia yang mempunyai harga diri,
seperti orang Inggris”, sang putri terlihat sedih hingga semua emas itu berikan
kepada Wallace sambil berkata “ambillah dan gunakan untuk keperluan dalam
perjuanganmu”, Wallace menerima dan kembali ke markasnya.
Enam
bulan kemudian, Wallace dengan pasukannya membakar hidup-hidup prajurit inggris beserta markasnya. Berita
terbut telah sampai ke Kerajaan sehingga raja memerintahkan dua orang prajurit untuk memanggil Wallace agar konsultasi dengannya. Ketika
undangan ditangan Wallace, beberapa anggotanya menolak, namun Wallace
mengatakan “demi Freedom, kita harus mencobah memenuhi undangan itu”. meskipun
demikian, anggotanya tidak setuju kalau Wallace pergi hingga memukulinya,
tetapi ia (Wallace) pergi. Setibahnya, prajurit Inggris menyambut Wallace
dengan borgol serta bertubi-tubi pukulan disuluruh tubuhnya hingga
dipenjarakan. Raja memerintahkan agar
Wallace dihukum mati, apabila tidak memintah pengampunan dan permohonan maaf kepada raja. Sang putri raja mengunjungi
Wallace didalam penjara dan mengatakan
“Wallace, kau memang berjuang atas kebenaran untuk membebaskan rakyat dari
penderitaan ini, aku ingin kau tidak
boleh dihukum mati , oleh karena itu, mohon mintah pengampunan kepada raja,
karena saat ini mati dan hidup ada
ditangan anda ”. wallace dengan gagah berani menunjukkan sikap sebagai seorang
laki-laki serta kesungguan perjuangannya dengan mangatakan bahwa “saya siap
mati demi rakyat Skothlandia”, sang putri terkaget mendengar kalimat tersebut
hingga meneteskan air mata, karena ia tahu bahwa Wallace akan dihukum mati.
Sang putri juga memberikan ramuan kepadanya untuk menahan sakit yang nantinya
akan dihadapi, namun Wallace menolaknya.
Sang
putri keluar meninggalkan Wallace di dalam penjara bersama tetesan air mata,
dan ia mengatakan kepadanya ayahnya “ ayah, tunjukkan kebesaranmu sebagai
seorang raja dengan membebaskan Wallace, konon rakyat Skothlandia akan tunduk
padamu”, namun ayahnya (raja) menolak. Sang putri mengatakan “ayah, lihatlah
dirimu, ayah sudah tuah, kemana akan pergi diakhir hayatmu”, semua pembicaraan
persuasif tersebut Sang raja menolak sehingga putri raja yang penuh perhatian
terhadap rakyat Skothlandia serta Wallace tidak tenang melihat nasipnya hingga
gelisa dan berjalan kesana-kemari didalam kerajaan itu bersama tetesan air
mata. Keesokan harinya, seluruh rakyat inggris dan Skothlandia serta prajurit
Wallace diundang untuk menyaksikan hukuman yang akan dihadapi oleh Wallace.
Wallace dikeluarkan dari penjara kemudian menaikan diatas panggung batu
kerajaan, untuk yang pertama , mengikat tali dilehar hingga ia (Wallace) digantungkan; kedua, kedua kaki
dan lehernya diikat lalu digantungkan hingga tarik kesana-kesini.
Wallace tersesat hingga tak berdaya, nafas tersisa hanya hanya sedkit. Beberapa
menit kemudian ia (Wallace) diturunkan dan kedua kaki dan tangannya diborgol;
ketiga, memberikan pertanyaan kepada Wallace bahwa, apakah kau dihukum mati,
ataukah memintah pengampunan kepada raja? Pertanyaan tersebut dilontarkan
berualng kali dan Wallace tak mampu bicara karena nafas tinggal sedikit hingga
semua yang hadir itu menanti jawaban
dari sang pembelah kebebasan itu. Dalam konteks itu, prajurit Wallace menutupi muka
mereka dengan kain hingga menggigit bibir serta lida menahan kemarahan dan
emosi atas hukuman yang dihadapi oleh
Sang Komandang. Semua orang yang menghadiri itu, meneriakkan “ampun-ampun-ampun”, prajuritnya
pun berkata sambil derai air mata “Wallace, mintah ampun”. Beberapa
menit kemudian, Wallace manarik nafas yang panjang hingga meneriakkan
“Free..............do.............m”, sehingga ia (Wallace) dibunuh. Semua orang kaget, sang putri raja meneteskan
air mata sambil membantingkan tangan diatas tempat tidur hingga membanci
ayahnya (raja). Para prajuritnyapun terkaget dan pulang ke kampung halamannya
bersama derai air mata.
Dihukum matinya Sang komandang,
serta Pahlawan pembela rakyat Skothlandia ini tidak memadamkan bara api yang
berkobar dalam perjuangan mereka, namun membangkitkan semangat juang demi
Freedom dan keadilan di negeri Skothlandia.
Sehingga tiga tahun kemudian rakyat
berhasil membebaskan Skothlandia dari kolonial inggris, dan pada saat
itu pula memulai kehidupan yang baru diatas negerinya sendiri.
Bagaimana Dengan Perjuangan Papua
Berjuang
memang tidak muda membalikkan telapak tangan. Dalam perjuangan juga butuh
pengorbanan baik, tenaga, waktu, bahkan nyawapun menjadi taruhan. Dalam
perjuangan, cobahan selalu datang menggodai dan dalam perjuangan cobahan juga merupakan
hal yang paling fundamental. Sebagai contoh
bahwa sekalipun Yesus yang merupakan anak Allah, namun sebelum masuk kerajaan surga menghadapi
berbagai macam cobahan dan siksaan serta tawaran barang-barang duniawi. Yesus
tidak dikalahkan oleh segala bentuk cobahan dan tawaran itu hingga masuk kerajaan surga. Hal ini
menandakan bahwa, kita manusia juga harus mampu menghadapi berbagai bentuk
cobahan dan tawaran dalam perjuangan hidup didunia ini. Jika kita melewati
semua cobahan dan tantangan dalam perjuangan, biarpun nyawa menjadi taruhan,
maka yakinlah bahwa sebentar lagi anda akan mencapai puncak kesuksesan.
Lebih
berat lagi berjuang demi banyak orang untuk bebas dari segala bentuk
ketidakadilan, karena disitu akan sulit membedahkan mana kawan dan lawan.
Andaikan dalam perjuangan demi kebenaran ini tidak ada pengecut dan
pengkhianat, maka mudah mencapai tujuan yang diperjuangkan karena kebebasan
merupakan suatu hal signifikan yang dimiliki oleh setiap insan manusia sejak
menginjak kaki dibumi ini, seperti yang termaktub dalam UUD 1945, pada alinea
pertama “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, oleh sebab
itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
peri kemanusian dan peri keadilan”. Berikut ini, sikap kami orang Papua dalam
perjuangan.
Hari ini sekali lagi Dr. George Junus Aditjondro menyampaikan
dukungan terbuka, tertulis maupun lisan, "Dukungannya terhadap perjuangan
Papua Merdeka". Tulisan bukunya berjudul "West Papua: Persoalan
Internasional".
10 Jenis Orang Papua yang menentukan dan menghambat perjuangan
Papua Merdeka.
Aditjondro
katakan,
"Hanya referendum yang dapat menentukan apakah orang Papua
masih ingin menjadi bagian dari Indonesia atau tidak," ujar George saat
peluncuran buku diskusi dalam peluncuran buku berjudul "West Papua:
Persoalan Internasional",
di Kontras, Jakarta, Kamis (3/11/2011).
Dukungan ini bukan baru dari seorang Aditjondro, dan bukan hanya
untuk West Papua, tetapi merupakan dukungannya yang konsisten terhadap
penderitaan umat manusia dan bangsa-bangsa terjajah di muka Bumi. Dukungannya
terhadap bangsa rumpun Melanesia lain di Timor Leste telah berhasil, dan kini
tanpa lelahnya Aditjondor terus memberikan dukungan-dukungan kepada
bangsa-bangsa terjajah, demikian kata.
Kalau kita saksikan di lapangan ada saja ketidakberdayaan dan
ketidakpercayaan, malahan penolakan orang Papua sendiri terhadap aspirasi
manusia, hewan, tumbuhan dan semua makhluk Bumi Cenderawasih untuk melepaskan
diri dari kekangan penjajah NKRI. Ada beberapa jenis orang Papua, yang perlu
kita cermati untuk membantu kita menyikapi dukungan-dukungan yang datang dari
suku-bangsa lain di Indonesia.
1. Orang Papua tidak percaya diri,
Entah karena dia tidak berdaya secara fisik, mental maupun
logikanya. Orang yang tidak percaya diri ini disebut Dr. Benny Giay sebagai,
"Bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah." Dari berbagai bangsa di
dunia ini, golongan bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah ini jumlahnya
sangat sendiri. Orang Papua yang tidak percaya diri perlu bertobat karena
perjuangan ini bukan menyangkut kebencian atas dasar ras, agama, asal-usul atau
pandangan politik, tetapi ini perjuangan demi harkat, martabat dan hargadiri
serta demi kebenaran mutlak, sesuai prinsip moral, hukum dan demokrasi.
2. Orang Papua malas tahu,
Terutama karena dia sendiri punya banyak masalah secara pribadi
ataupun kelompoknya sudah ada dalam masalah-masalah keluarga, marga, suku,
partai politik, pemilukada, hutang-puiutang, kawin-cerai, perselingkungan,
kebiasaan mabuk, narkoba, terkena HIV/AIDS.
Ada juga orang Papua yang malas tahu karena dia bukan manusia
berprinsip, tetapi ialah oportunis. Jadi dia tidak mau berterus-terang kepada
dirinya dan kepada bangsanya tentang penderitaannya dan bagaimana
menyelesaikannya. Ia lebih condong "cari kesempatan dalam
kesempitan".
Orang-orang ini disebut "orang cari makan" saja, mereka
sebenarnya tidak terlalu pusing dengan NKRI atau Papua Merdeka, yang penting
buat mereka ialah apa yang mereka bisa dapat dari kedua-duanya atau dari
salah-satunya. Yang dipikirkannya ialah "perut" dan
"aku"nya, bukan kita dan sekaliannya.
Orang jenis ini sebenarnya tidak dibutuhkan; malahan merugikan bagi
pro NKRI maupun kontra NKRI. Tetapi terlanjur mereka sudah ada di dalam NKRI,
mungkin mereka ada di dalam birokrasi NKRI, jadi mereka bermain di dalam NKRI,
walaupun NKRI juga tahu mereka tidak berguna, tetapi mereka dijaga saja dalam
rangka kleim bahwa ada orang Papua mendukung NKRI.
3. Orang Papua cemas tetapi ragu
Mereka memang cemas, dan selalu bertanya, "Kapan kita
merdeka?"
Keraguan
terutama muncul karena dia sendiri tidak punya pendirian, percaya diri sendiri.
Apalagi disodorkan dengan iklan-iklan kekuatan NKRI dari sisi
jumlah, ditambah dengan iklan dengan kekuatan militer dan kepolisian dilengkapi
dengan alat-alat militer yang serba-lengkap membuat orang Paupa yang
cemas-cemas kapan kita merdeka, tetapi mereka semakin merasa ragu setelah
melihat jumlah orang Indonesia begitu banyak dan kekuatan militernya begitu
ganas dan mematikan.
Orang Papua yang ragu bahwa West Papua akan atau pasti merdeka
ialah mereka yang sudah selasai dari perguruan tinggi, yang gelarnya Sarjana
Muda atau Sarjana. Pengetahuan mereka tidak seluas Indonesia, apalagi seluas
ASEAN atau Oceania, mereka hanya memahami Papua dan kampung halaman mereka dan
kantor di mana mereka bekerja. Mereka ini para raja di kolam kecil, tetapi
mereka merasa diri sebaga raja sejagat. Mereka sudah punya pekerjaan, sudah
punya gaji. Mereka ikuti geerak-langkah para pejuang Papua Merdeka, mereka juga
berada di dalam garis komando NKRI. Mereka mampu membandingkan kekuatan kedua
belah pihak. Makanya mereka tahu Papua harus merdeka, tetapi mereka meragukan
impian itu akan terwujud. Mereka berhitung satu tambah satu samadengan dua,
bukan satu atau tiga.
4. Orang Papua percaya tetapi tidak sepenuhnya
yakin
Orang Papua ini satu kelas dengan "Orang Papua cemas tetapi
ragu" tetapi ditambah lagi dengan "tidak yakin", bukannya ragu.
Dia percaya Papua itu pasti merdeka, cuma dia tidak yakin bagaimana
nanti kemerdekaan itu terwujud, di samping kekuatan dan jumlah orang Indonesia
yang melampaui kemampuan orang Papua dan perlengkapan untuk perlawanan yang
tersedia. Ia percaya, tetapi tidak sepenuhnya yakin karena dia sendiri
memikirkan perjuangan ini bagaikan sebuah Tim Sepakbola, seperti misalnya
antara Persipura dengan 1000 pemain melawan Persidafon dengan 10 pemain.
Padahal sebuah pertandingan sepak bola tidaklah begitu. Ada ketentuan, setiap
klub harus menurunkan berapa orang dan berapa pemain yang bisa diganti, dan
peraturan lainnya. Ia menjadi tidak yakin karena ia tidak tahu.
Orang-orang ini juga hidup dalam dua prinsip, mendoakan pemerintah
NKRI, sekaligus mendoakan Papua Merdeka, karena orang-orangnya ada di dalam
pemerintah NKRI sebagai Camat, Bupati, dsb, dan juga orang-orangnya yang lain
ada berjuang untuk Papua Merdeka. Motto mereka ialah, "Serahkan semuanya
kepada Tuhan! Tuhan akan berkarya!"
Mereka bisa disebut kaum oportunis, tetapi tidak sepenuhnya
oportunis. Mereka juga tidak ragu, tetapi mereka sebenarnya tidak sepenuhnya
percaya.
5. Orang Papua yakin dan percaya tetapi tidak
berani
Di atas yang cemas tapi ragu dan percaya tetapi tidak yakin, ada
orang Papua yang punya phobia, yaitu 'takut mati'. Orang-orang Papua ini
kebanyakan dibayangi oleh "trauma masa lalu", "memoria
passionis" yang kejam dan mengerikan di tangan NKRI.
Mereka sebenarnya mendukung Papua Merdeka tetapi mereka sendiri
tidak berani mengambil langkah atau mereka tidak mau terlibat dalam perjuangan
ini. Ada juga karena memiliki "phobia" tertentu yang didasarkan
kepada pengalaman sebelumnya atau cerita yang didengarnya dikaitkan dengan
bayangan-bayanngan yang akan muncul ketika Papua Merdeka.
Mereka inilah yang biasanya katakan, "Iyo, yang lain berjuang
dengan senjata, kita berjuang di dalam hati." Tetapi mereka juga tidak
berdoa sebenarnya. Yang mereka katakan ialah "Saya takut kepada NKRI!
Nanti mereka tumpas kami habis kalau kita melawan mereka!"
6. Orang Papua yakin dan percaya dan berani tetapi
tidak tahu bagaimana melangkah
Ini golongan orang Papua terbanyak. Dan dari yang terbanyak itu,
hampir semua pejuang Papua Merdeka masuk ke dalam kategori ini.
Mereka yakin dan percaya bahwa Papua akan dan harus merdeka. Mereka
rela berkorban. Mereka berani bertindak. Mereka mau mati saat ini juga. TETAPI,
mereka sebenarnya "TIDAK TAHU BAGAIMANA MELANGKAH".
Karena tidak tahu bagaimana melangkah, maka mereka menjadikan isu
Papua Merdeka untuk kegiatan dan tujuan lain yang menurut mereka ialah demi
Papua Merdeka. Tetapi apa dampaknya? Dampaknya justru mencelakakan dan
menghalangi perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya justru menciptakan faksi-faksi
di dalam perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya malahan menimbulkan kekacauan
dalam mengarahkan perjuangan ini.
Banyak tokoh yang muncul, banyak organisasi dibentuk, banyak
Panglima diangkat, banyak kongres dilakukan, banyak pemerintah (presiden dan
perdana menteri) diumumkan, banyak menteri, berhamburan kiri-kanan. Mereka
melakukan semua ini dengan militansi yang tinggi, dengan hitung-hitungan nyawa
sendiri, dengan resiko yang mereka tahu karena mereka berhadapan dengan NKRI
dan militernya. Tetapi semua yang dilakukan yang dianggap sebagai
langkah-langkah untuk Papua Merdeka itu justru merugikan perjuangan itu
sendiri.
Orang Papua jenis ini juga sering berganti baju. Misalnya hari ini
dia pergi hadir di KRP III, 2011, besoknya dia hadir dalam bedah buku tentang
West Papua di Jakarta, lusanya dia hadir dalam Kongres TPN/OPM III di Vanimo,
PNG, berikutnya dia hadir lagi dalam Peresmian Bupati Lanji Jaya. Jadi mereka
hadir di semua tempat, mencari tahu di mana sebenarnya yang benar. Orang-orang
ini membuat banyak sekali bekas kakinya, sehingga mereka bisa disebut kelompok
Bintang-14, kelompok WPNA, kelompok TPN/OPM, kelompok TPN.PB, kelompok PDP/DAP,
kelompok Pegunungan Tengah, Kelompok Mamta, kelompok Merah-Putih, kelompok
Biru-Putih, dan lainnya.
Orang Papua yang tidak tahu melangkah ini kebanyakan bersandar
kepada dua hal utama:
Pertama, mereka bersandar kepada senjata. Mereka selalu
mencari senjata, berbicara tentang senjata, bergerak cepat kalau ada yang jual
senjata. Mereka mengira bahwa dengan senjata yang mereka beli itu mereka bisa
pakai untuk basmikan orang Indonesia, TNI dan polri dari Bumi Cenderawasih.
Yang kedua, mereka bersandar kepada Tuhan. Mereka menekankan
pertobatan total, penyembahan total kepada Tuhan, dengan meninggalkan semua
perang-perang, tindak kekerasan, pembunuhan. Mereka bilang, "Bunuh satu
orang Indonesia berarti kemerdekaan Papua tertunda 10 tahun, jadi jangan kita
main bunuh".
Banyak dana dihabiskan, banyak nyawa melayang, banyak waktu dan
tenaga dihamburkan karena orang-orang Papua jenis ini selalu saja mencari
jalan, masih berputar-putar mencari jalan, untuk mewujudkan cita-cita Papua
Merdeka.
7. Orang Papua Papindo
Entah karena tidak percaya diri, cemas tapi ragu, yakin dan percaya
tetapi tidak tahu jalan, apa apa, jenis orang Papindo dilatarbelakangi oleh sejumlah
faktor, seperti disebutkan sebelumnya, tetapi pada pokohnya mereka ini
mengelompokkan dirinya ke dalam kaum Papindo dengan alasan berikut:
7.1
Hanya karena dia perlu jabatan, nama besar, bukan nama besar di dalam NKRI,
tetapi nama besar di daerahnya, jadi kalau Papua Merdeka tidak memberikan, maka
dia merasa jalan terbaik saat ini buat dia ialah membela NKRI
7.2
Karena sebagian darah mereka berasal dari non-Papua, maka kalau Papua Merdeka
justru dia dirugikan, maka dia membela NKRI, walaupun pada saat yang sama dia
memaki-maki NKRI karena banyak hak asasi orang Papua dilanggar, yaitu termasuk
hak asasinya sendiri. Dia terbelah dua dalam pikiran dan perasaannya, maka
pantas dia bernama Papindo.
7.3
Karena beristerikan atau bersuamikan orang non-Papua maka mereka merasa bahwa
kalau Papua Merdeka nantinya bini/ lakinya terpisah dari dirinya, maka lebih
baik mendukung NKRI, walaupun pada waktu-waktu tertentu dia memarahi pasangan
hidupnya bahwa negara/ bangsanya melanggar HAM suku-bangsanya di Tanah Papua.
7.4
Karena mereka merasa kalau Papua Merdeka nanti mereka sendiri akan dihabisi
(ini terutama para keturunan pejuang Pepera dan pejuang Merah-Putih).
Aliran perjuangan Papua Tanah Damai dan aliran orang Papindo
terutama muncul karena ada rasa takut yang besar terhadap orang Papua dari
Pegunungan Tengah. Ada yang bilang, "Aduh, jangan kasih senjata kepada
teman-teman dari gunung sudah, nanti mereka pakai bunuh dong pu orang
sendiri." Ada juga yang bilang, "Kalau nanti merdeka, jangan orang-orang
gunung pegang senjata boleh!" Makanya muncul ide-ide Papua Tanah Damai
supaya kemerdekaan itu turun dari langit tanpa pertumpahan darah.
7.5 Ada
kaum Papindo yang hanya sebatas Oportunis. Mereka hanya dalam rangka cari
makan, tidak ada kepentingan menentang atau mendukung pihak manapun. Sepanjang
mereka bisa dapat makan dan menjadi kaya dari posisi itu, mereka optimalkan dan
mereka garap itu sampai habis-habisan, sampai menjadi kaya tanggung, menjadi
mewah tanggung. NKRI tahu tetapi NKRI juga perlu orang tanggung seperti ini.
Pejuang Papua Merdeka sama sekali bukan konsumen sampah seperti ini sehingga
sering menentang kaum Papindo, bukan karena mereka membenci orangnya tetapi
karena menolak kelakuan bunglon seperti itu.
7.6
Orang pensiunan, sekedar mencari makan sebelum ke liang kubur. Jadi, ada orang
Papua yang waktu mudanya menjadi pejuang Papua Merdeka, tetapi karena dia harus
mengakhiri hidupnya ke alam baka, maka dia merasa bukan waktunya buat dia untuk
berteriak Papua Merdeka lagi. Jalan satu-satunya agar dia kembali ke kampung
halamannya dan dikuburkan di tanah leluhurnya ialah menyatakan mendukung NKRI.
Selain
tujuh jenis di atas, berikut dua jenis orang Papua yang disebabkan terutama
oleh indoktrinasi pihak-pihak asing yang menikmati hasilbumi Papua selama Papua
berada di dalam NKRI, yang merupakan pembelokan arti dan makna Kitab Sucidan
doktrin sebenarnya dari agama modern yang ada di Tanah Papua.
Sebenarnya
ada sejumlah alasan mengapa mereka mengatakan perjuangan Papua Merdeka itu
tidak sesuai dengan ajaran doktrin agama mereka. Pertama dan terutama, menurut
pengetahuan real, para tokoh agama itu punya sentimen pribadi terhadap para
tokoh perjuangan Papua Merdeka. Sentimen pribadi itu dialaskan dengan ajaran
agamanya, pada saat yang sama dia sebagai tokoh agama, maka pendapat
sentimentil yang tidak ada hubungannya dengan agama itu menjadi ajaran agama.
Kedua
karena kebanyakan pejuang Papua Merdeka dianggap terlibat dalam berbagai jenis
dan tingkatan kasus asusila dan tidak sepenuhnya menjalankan dogma agama yang
dianut di kampung-halamannya. Misalnya dia tidak pernah beribadah di gereja
atau ibadah keluarga. Para aktivis Papua Merdeka juga dianggap sebagai
pembangkang dan penentang tatanan mapan yang sudah ada. Dalam jiwa para pejuang
ada "jiwa pembereontakan", yaitu pemberontakan terhadap yang telah
ada selama ini. Sehingga mereka menganggap isu yang didukung para orang
"Kristen" atau "Islam" itu tidak pantas didukung oleh orang
Kristen atau orang Islam.
8. Orang Papua merasa perjuangan Papua Merdeka
menentang Pemerintah
Ada sejumlah alasan yang sering mereka kemukakan dengan mencap
perjuangan Papua Merdeka sebagai tindakan menentang pemerintah.
8.1
Karena
pemberontakan terhadap pemerintah NKRI artinya perlawanan terhadap kemapanan;
sehingga mereka yang suka atau menikmati kemapanan itu ikut terusik;
8.2 Karena dia sebenarnya tidak paham arti ayat atau pasal Kitab Suci yang mengajarkan tentang ketaatan kepada Pemerintah dimaksud. Bagaimana kalau nantinya West Papua memiliki pemerintah sendiri, apakah mereka akan mengatakan kita harus tunduk kepada pemerintah NKRI dan bukan kepada pemerintah West Papua? Apa yang mereka katakan tentang pemerintah Timor Leste yang jelas-jelas telah menentang pemerintah NKRI dan membentuk pemerintahannya sendiri?
9. Politik "Papua Merdeka" merupakan
Wujud Dosa (atau Ikut Papua Merdeka berarti Berdosa)
Banyak penginjil, pemimpin atau pejabat gereja, gembala sidang,
khsusunya di Pegunungan Tengah Papua dipecat (disiasat) karena mendukung Papua
Merdeka dengan dalil bahwa mereka berpolitik, maka itu dosa. Jadi, siapa saja
yang terlibat di dalam perjuangan Papua Merdeka dianggap sebagai tindakan
"dosa".
Padahal pada waktu yang sama mereka mendoakan sang Presiden,
Gubernur, Bupati, dan Camat. Mereka juga datang ke kantor-kantor pemerintah
NKRI membicarakan Pilkada dan Pemilukada. Mereka menerima uang dari pemerintah
untuk meloloskan bakal calon tertentu atau memenangkan partai politik NKRI
tertentu.
10. Orang Papua yang Tahu, Yakin, Percaya, Berani
dan Berpendirian Teguh
Orang
ini dia
10.1 Yakin dan Percaya Papua pasti dan harus merdeka;
10.1 Yakin dan Percaya Papua pasti dan harus merdeka;
10.2
Berani mengambil langkah dan tindakan yang punya resiko sampai mengancam
nyawanya sekalipun.
10.2
Berpegang teguh kepada pendiriannya, tidak mudah dibujuk dengan jabatan, duit,
perempuan atau kejayaan apapun selain kemerdekaan bangsa dan tanah airnya.
Biarpun nantinya orang Papua menjadi melarat dan menderita setelah Papua
Merdeka, bukan itu yang dicarinya. Yang dicarinya bukan kekayaan, bukan
kemewahan, bukan kemakmuran, tetapi hanya satu: kemerdekaan, kedaulatan,
terlepas dari belenggu penjajahan negara dan bangsa asing.
10. Di
atas semuanya, "DIA TAHU"
- Dia tahu mengapa Papua harus merdeka,
- dia tahu mengapa Papua pasti merdeka,
dan di
atasnya,
- di tahu bagaimana mencapai kemerdekaan itu.
Oleh karena itu pendiriannya, langkahnya, sikapnya dan
perjuangannya tidak tergoyahkan oleh tawaran dialogue, tawaran Otsus, tawaran
kedudukan di dalam pemerintahan NKRI, atau apapun. Dia bersiteguh, "Papua
Merdeka Harga Mati!"
- Siapakah Anda?
- Mengapa Anda menjadi seperti siapa Anda sekarang?
- Adakah peluang untuk Anda berubah Mendukung Papua Merdeka seperti George Junus Aditjondro?
Kalau
George Junus Aditjondro jelas-jelas merupakan orang jenis ke-10 tadi. Dia tahu
mengapa Papua harus dan pasti merdeka, dan dia tahu bagaimana mencapai
kemerdekaan itu. Dia tidak ada di ruang mencari-cari, mengira-ngira,
mencoba-coba, meraba-raba. Dia ada di barisan kepastian. Kepastian itu bahwa
Papua Pasti Merdeka, karena Papua Harus Merdeka.
Sumber: http://papuapost.com/?p=5072 [2398] words.Posted
in: Buku & Situs [11] ‡Tagged
as: dukungan domestik (4), dukungan rakyat indonesia, opini publik (40), PMNews Columns (7) Last
modified @ November 5th, 2011. [ Views344 ]
Tidak ada komentar: