Kesenangan Mengendalikan Arah dan Tujuan Hidupku


Komitmen merupakan sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati dan tekad demi mencapai sebuah tujuan, sekalipun ia belum dapat mengetahui hasil akhir dari tujuan tersebut. Berjerih payah dan berkorban demi menyelesaikan tujuannya.

Ketika mentari pagi menyinari planet bumi, ku berangkat menuju tempat tujuan. Tak ada tujuan lain selain tibah ditempat itu dengan terget waktu telah ku tentukan. Mengikuti jalan yang tak tahu arah, pandangan mata ini selalu membuang disamping kiri kanan jalan itu hanya untuk mencari petunjuk jalan menuju tujuanku. Terasa bingung ku telah tibah dimana dan daerah mana. Namun tak lama kemudian, hanya satu petunjuk yang ku temukan dipertigaan jalan, lurus menuju Desa Wisata, dan belok kanan menuju Kebun Buah. Sebuah pertanyaan muncul dalam benakku, harus ikuti arah mana agar tibah dengan selamat di tempat tujuanku. Sungguh aku bingung karena jalan ini tak jelas, saya berhenti sekitar 5 menit hingga memutuskan mengikuti jalan ke arah Kebun Buah itu supaya beli buah disana sambil menikmati indahnya panorama alam.


Badan jalan telah diaspal halus, ditengah-tengah jalan terlihat garis putih pemisah jalur berlawanan sungguh sangat bagus. Ku memanjat tanjakan yang suram dibawah pepohonan dan memberikan kesejukan padaku hingga ku telah lupa dengan tujuanku yang sebenarnya. Dalam benak ini tak satu pun pemikiran selain bersenang-senang menikmati keindahan alam konon serupa kampung halamanku bila diidentifikasikan. Ku terasa lama berjalan, namun tak kunjung tibah dikebun buah.

Aku bertanya kepada semua orang yang beraktifitas disepanjang jalan itu “Pa/Bu, Kebun Buah disebelah mana ya?” lurus saja, ikuti jalan ini, jawab mereka. “Apakah masih jauh?” sekitar 200 meter. Aku melanjutkan perjalanan dengan penuh semangat hingga tibah disana. Ku berjalan-jalan di kebun buah, ku terasa bingung hingga mencul pertanyaan dalam benak ini bahwa “dimana Kebun Buahnya?” karena terlihat seperti hutan yang ditumbuhi dengan beragam pepohonan serta rerumputan, tak terlihat buah satupun yang dipohon itu dan tak ada seorangpun yang berjualan buah-buahan disekitar itu hingga suasana hati yang senang kini telah berubah menjadi kemarahan. Ku terasa bosan untuk kembali dijalan yang sama, namun apa boleh buat, ku harus melakukan perjalanan itu.

           Saat itu pula ku menyadari bahwa apa dan kemana tujuanku hingga penyesalan yang menemaniku disepanjang jalan itu karena ku tahu bahwa teman-teman telah melangkah lebih jauh dariku. Kesenangan sesaat membuat diriku telah kehilangan arah dan tujuan jalani hidup ini, kesenangan memperlambat langkah kaki ini, keindahan yang mewarnai pandangan mata ini mempengaruhiku hingga tak tahu memilih jalan mana yang benar dan yang salah. Dan ternyata ku tak tahu siapa diriku, dimana eksistensi diriku, dan apa arti diriku. Umur semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu, namun langka kaki ini terhambat dengan kepuasan sesaat ini.

Meskipun demikian, bukan berarti ku pesimis, tetapi kesadaran merupakan awal dari optimis untuk mengejar mereka yang melangkah lebih jauh, meski melewati jalan yang berliku-liku. Lebih baik terlambat dari pada tidak bisa. kata hatipun mengatakan "tundalah kesenanganmu"

Baca Juga Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply