(Yesus, google.com/TS) |
Semua
tentang yang ku terima dalam hidup, hanya untaian kata dari mulut berdosa
“Terimakasih Semuanya”. Kata yang ku mengerti, tapi entalah apa maknanya,
dimatamu seolah berharga tak bernilai.
Satu yang belum ku dapatkan mengisi hidupku, seolah hidupku penuh susah dan menyangkal kehidupan adalah sudah cukup. Bahkan bumi hanya memberi kebahagiaan pada mereka yang berlogika dan emosional, sampah telah membusuk itulah aku. Begitu rendah dimata sesama, ingin ku cari tahu seperti apa dihadapanmu aku ini.
Satu yang belum ku dapatkan mengisi hidupku, seolah hidupku penuh susah dan menyangkal kehidupan adalah sudah cukup. Bahkan bumi hanya memberi kebahagiaan pada mereka yang berlogika dan emosional, sampah telah membusuk itulah aku. Begitu rendah dimata sesama, ingin ku cari tahu seperti apa dihadapanmu aku ini.
Saat
menghitung langkah kaki, selalu masaku masuk dan mencemaskan. Untuk apa ku
ulurkan waktu untuk menunggu. Apa menunggu dapat menambah usia dan menjadikan
hidup begitu indah. Bagaimana mungkin keripuk dan tua rentah nikmati
pemberianmu.
Bantal, sehelai benang dan selimut tubuh, itukah yang engkau sebut siapa? Dengan tongkat dan tertatih itukah yang engkau sebut bagaimana. Benar membingungkan itukah yang engkau sebut proses mengerti. Bagaimana mungkin semua terjadi kesimpulan sementara selalu saja waktu engkau beri, ingin ku hentikan jarum detik waktu jam dinding, tapi apalah daya hanya engkau yang mampu hentikan terbitnya sang fajar.
Bantal, sehelai benang dan selimut tubuh, itukah yang engkau sebut siapa? Dengan tongkat dan tertatih itukah yang engkau sebut bagaimana. Benar membingungkan itukah yang engkau sebut proses mengerti. Bagaimana mungkin semua terjadi kesimpulan sementara selalu saja waktu engkau beri, ingin ku hentikan jarum detik waktu jam dinding, tapi apalah daya hanya engkau yang mampu hentikan terbitnya sang fajar.
Engkau
katakan manusialah yang istimewa, tapi mengapa tak kau berikan kebahagiaan yang
adil untuk semuanya. Engkau bahkan ciptakan perbedaan. Untuk apa kau jadikan
jika hanyalah sebuah tontonan bumi tentang percekcokan diantaranya. Bagaimana
mungkin kemudian diadili sementara engkaulah yang ciptakan perbedaan. Bahkan
yang engkau sebut percobaan tak perna lebih berdosa dari sang biang persoalan.
Masih
menunggu entah apa yang kau berikan padaku, aku bahkan hanyalah sang
eksperimenmu untuk misimu yang berikutnya. Sembuhkanlah yang sehat, karena yang
tersakiti bukan engkau yang menciptakan.
Engkau
Siapa..........??????
Bahkan
yang ku kenal hanya Tuhanku Yesus Kristus, hanya dia di hatiku. Jangan perna
kau mengada dan sok kuasa tentangku. Keluarlah dan tunjukkan dirimu, jika
engkau ada dan ucapanmu yang kau katakan bahwa engkau seperti Tuhanku Yesus,
itu omong kosong, bahkan kau adalah orang yang tidak nyata dan memakai nama
Tuhanku untuk citramu.
Penulis adalah Anno, Perenung Hidup
Penulis adalah Anno, Perenung Hidup
Tidak ada komentar: