Perspektif Kesuksesan Orang Papua




Oleh: Ipou Igo’n
 

“Tidak ada kesimpulan dalam perjuangan hidup ini

Orang Papua merasa sukses ketika masuk pegawai negeri sipil (PNS) yang pendapatannya pas-pasan. Mereka tidak memikirkan usaha lain yang bisa mendatangkan uang untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Kalau orang Jawa, PNS merupakan tempat sandaran mendapatkan modal untuk membuka usaha. Orang Papua khususnya para mahasiswa bisa belajar dari mereka untuk menghilangkan ketergantungan yang terjadi selama ini.

Sebagai mahasiswa, kita perlu belajar banyak dan juga perlu mengembangkan skill, karena belum tentu jurusan yang kita punya sekarang ini akan dipakai di daerah kita masing-masing. Mahasiswa Papua banyak yang mempunyai rencana atau idealisme yang tinggi untuk membangun, memberdayakan, berpihak terhadap orang asli Papua sebagai misi substansial dari Undang-undang No. 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua, tetapi ketika mereka mendapat jabatan tidak merealisasikan idealismenya karena telah diikat oleh sistem.

Dalam kenyataannya, orang Papua banyak yang mencari Ijazah daripada pengetahuan (pragmatis), sedangkan orang yang sungguh-sungguh kuliah mennjadi korban dalam penerimaan PNS maupun jabatan karier lainnya yang tidak terlepas dari nepotisme sebagai perilaku bawaan penguasa orde lama.

Lebih parah lagi, ketika salah seorang teman mahasiswa yang dulu sama-sama berjuang di tanah rantau; yang sama-sama merasakan susah dan senang, biasa tegur sebagai teman, isap rokok sama-sama dan lainnya mendapatkan jabatan tertentu, langsung berubah total. Baginya mendapatkan jabatan tersebut merupakan perubahan status sejajar dengan jabatannya, kemudian lupa semua yang kita pernah dialami bersama di tanah rantau.

Sebagai seorang mahasiswa janganlah pernah berpikir kapan kerja dan mendapatkan jabatan apa dan sebagainya, tetapi perlu berpikir bagaimana mendapatkan banyak pengetahuan melalui tiga pokok tugas mahasiswa yakni membaca, menulis dan berdiskusi serta kegiatan tambahan lainnya yang bisa mendapatkan kontribusi positif bagi pengembangan diri.

Penyakit paling besar di Papua adalah iri dan benci atas keberhasilan seseorang yang seharusnya diberikan apresiasi. Sebenarnya keberhasilan seseorang memberikan semangat kepada kita untuk berusaha, seperti yang orang tua biasa katakan bahwa “bila orang lain meraih kesuksesan, anda juga perlu berusaha dan berjuang untuk meraih kesuksesan”. Dan  “jika ia tidak memberikan sesuatu, maka secara tidak langsung ia mengatakan bahwa bekerjalah untuk mendapatkan sesuatu tersebut” bukan iri dan benci terhadap sesama.

Selagi mahasiswa di tanah rantau, gunakan waktu yang ada untuk memperjuangkan berbagai kesempatan dalam berbagai aktivitas positif misalnya belajar banyak hal yang positif dan betul-betul mengikuti proses perkuliahan sehingga ketika kembali kedaerah, kita tidak lagi membawah ijazah dari kantor ke kantor yang lain.  Adalah hal lucu, ketika kita belajar minimal selama enam belas (16) tahun tetapi kita malah menjadikan ijazah sebagai satu-satunya usaha atau jalan  untuk mendapatkan pekerjaan. Satu hal yang perlu diingat adalah untuk melakukan sesuatu yang baik, pasti banyak orang yang tidak suka. Oleh karena itu, jangan pesimis, terus berusaha dan berjuang (optimis) sampai berhasil. Bangun ikatan emosi dengan orang yang anda merasa cocok.

Dalam konteks seperti diatas ini, di Papua togel muncul ditengah masyarakat  hingga merusak tatanan hidup orang papua. Togel adalah metode sistematis yang dilakukan oleh negara untuk membiarkan masyarakat Papua menjadi pragmatis, karena yang memegang bandar adalah TNI dan Polri yang menegakkan hukum serta mengayomi masyarakat pada umumnya (saat ini papua berantakan). Kita dapat uang melalui usaha dan banting tulang, lebih baik daripada mendapatkan uang tanpa usaha karena yang dibutuhkan dalam perjuang adalah “Proses” bukan hasil. 

Sepuluh atau dua puluh (10-20) tahun kedepan di Papua akan terjadi fakir miskin yang paling parah, karena kita salah maknai kesuksesan yang sebenarnya tiada akhir atau kesimpulan. Orang papua masuk menjadi PNS, merasa diri telah sukses dan akhir dari sebuah perjuangan, begitu juga dengan usaha kecil lainnya. Ingatlah bahwa, tidak ada kesimpulan dalam perjuangan hidup ini, kita sukses dalam suatu usaha merupakan menyelesaikan salah satu dari sekian banyak usaha lainnya yang perlu diperjuangkan. 

Dalam kondisi tersebut juga, kadang kita salah memaknai kasih. Kasih memang sudah menjadi bagian dari kehidupan kami, sehingga yang perlu dipikirkan adalah kapan dan untuk apa anda kasih, karena kasih itu juga menindas orang Papua sendiri. Oleh karena itu, untuk orang Papua perspektif kasih dan kesuksesan harus rubah.

Baca Juga Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply