Persipura Dipolitisasi

ilustrasi.

Persipura adalah taem terbaik di Indonesia. Taem ini juga sangat dibanggakan oleh masyarakat Papua pada umumnya, bahkan masyarakat penggemar sepok bola diseluruh nusantara. Sudah kita ketahui bahwa kebanggaan mereka telah ditunjukkan pada saat bermain dilapangan hijauh menghadapi clubh lain bahkan clubh Papua sendiri dengan gensi suporter hingga saling melempar antara sporter satu dengan yang lainnya seperti yang dilansir http://bola.kompas.com/read/2012/02/07/18203468/Suporter.Persipura.dan.Persija.Saling.Lempar dan bisa melihat videonya di http://www.youtube.com/watch?v=IgA8RE5SHU0 dan juga berikut ini ricuh antara suporter Persipura dan Persiwa http://bola.liputan6.com/read/172264/undefined.

Suporter Persiwa dan juga club lainnya dari Papua tidak terlalu banyak alias bisa dihitung dengan jari. Masyarakat Papua lebih dominan memberikan dukungan kepada Taem Persipura berjulukan mutiara hitam itu. Hal ini dilihat dari realitas kericuhan antara suporter Persipura dan Persiwa yang terjadi pada Pertandingan lanjutan super liga Indonesia putaran kedua antara Persiwa Wamena menghadapi tim Persipura Jayapura, Ahad (01/02/2009, berakhir ricuh. Namun,kini Taem berjulukan mutiara hitam (Persipura) ini telah dipolitisasi seperti yang dilansir di http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/838-boaz-ramaikan-kampanye-penutup-mr-kambu-pakage-di-merauke dan hal ini akan mengurangi dukungan masyarakat terhadap Taem ini. Hal ini juga terjadi di tengah kisruh berkepanjangan kepengurusan PSSI, yang hingga saat ini belum tuntas. Coba kita belakangkan unsur-unsur politis dan tetap berpijak pada semangat persaudaraan serta tidak dipolitisasi agar sepak bola indonesia berjalan denngan baik, dan khususnya Taem kebanggaan ini tetap memberikan suport oleh masyarakat Papua.

Taem Persipura yang merupakan kebanggaan masyarakat papua pada umumnya sehingga tidak tepat untuk dipolitisasi. dan pemain persipura juga harus netral dari politik lima tahunan ini, karena saya yakin kebanggaan serta suport dari masyarakat akan mengalami degradasi ketika berada di lapangan hijauh, dan hal ini akan sedikit mengurangi semangat para pemain Persipura itu sendiri

Dilihat realitas kehidupan masyarakat Papua bahwa politisasi Taem Persipura ini,beberapa bulan bahkan tahun kedepan akan menjadi pemicu konflik antara pendukung satu dengan yang lainnya, dan lebih para lagi ketika Team dari Papua sendiri berhadapan dilapangan hijauh.

Pemain persipura juga harus sadar dan berpikir kedepan, jangan karena keberhasilan masa lalu sehingga melibatkan diri atau partisipasi dalam politik tersebut. Ada pepata mengatakan bahwa “masa lalu tempat yang tepat untuk disinggahi, tetapi tidak tepat untuk ditempati” artinya bahwa, kita boleh mengenang masa lalu entah itu baik maupun yang buruk, tetapi tidak mungkin apabila kita mengingin terulang kembali seperti lirik lagu Black Sweet “takkan terulang lagi walau sekali saja”.

Keterlibatan pemain dalam politik ini juga akan dinilai sebagai suatu bentuk tribalisme yang masih melakat dalam tubuh birokrasi baik ditingkat regional maupun nasional yang pada akhirnya mengutamakan kepentingan privat dari pada kepentingan rakyat secara kolektif. Pertunjukkan tribalisme didepan publik ini tentunya akan memecahkan persatuan dan kebanggaan serta suportivitas dari masyarakat, karena taem ini selalu mendapat dukungan dari masyarakat Papua pada umumnya, meskipun Taem lain dari Papua juga menunjukkan eksistensinya dilapangan hijauh.

Apabila pemain Persipura ingin berpartisipasi, mengapa hanya satu kandidat saja, kalau boleh terlibat juga di kandidat yang lain sebagai bentuk simpati kepada mereka sebagai sama-sama orang papua serta menghilangkan kecurigaan tribalisme dan juga politisasi Taem kebanggaan ini.

Baca Juga Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply