Konflik dan Perubahan



(Foto, Ilustrasi Peta Papua.) 
 
Oleh: Mikael Tekege

Perubahan sosial tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di seantero dunia. Namun perubahan itu sendiri memiliki dua pengertian yang berbeda, yakni perubahan ke arah lebih baik dan perubahan ke arah yang lebih buruk, baik secara damai maupun dengan kekerasan fisik  serta non-fisik. Kedua perubahan ini akan memperlihatkan suatu kondisi yang  berbeda dari yang sebelumnya.

Kondisi yang berbeda itu menuntut masyarakat untuk menerima dan/atau menyesuaikan dengan perkembangan sosial budaya. Namun menjadi sulit bagi masyarakat ketika perubahan itu terjadi saat masyarakat belum siap menghadapinya, seperti masyarakat Papua saat ini. Meskipun demikian, masyarakat dituntut untuk memiliki kesadaran secara baik agar tidak terjebak dalam perubahan yang dikendalikan oleh sebuah kepentingan. 

Kesadaran ini menjadi urgen bagi masyarakat sehingga perlu diperjuangkan oleh semua komponen masyarakat yang menghendaki terciptanya sebuah kondisi yang adil, damai dan bermartabat. Hal ini perlu diupayakan jauh sebelum terjadinya problem-problem yang membawah kausalitas  untuk mengancam kalangsungan hidup sebuah bangsa.

Untuk itu, pada tulisan ini akan diuraikan secara singkat mengenai Papua dan perubahan yang telah dan sedang terjadi serta pilihan bagi orang Papua dalam mengawal proses perubahan itu sendiri.

Papua dan Perubahan

Papua adalah sebuah pulau yang terdapat di Pasifik Selatan. Pulau yang berbentuk burung Cenderawasih ini menyimpang sejuta keindahan dan kekayaan alam di dalam maupun di atas bumi. Pulau ini mendiami sekitar 250 suku yang memiliki keragaman kultur yang unik. Kekayaan alam maupun keragaman kultur ini menjadi suatu kekayaan warisan leluhur yang perlu diperjuangkan untuk dapat dilestarikan.

Pelestarian ini terlihat ketika masyarakat bangsa Papua pada masa lalu yang tidak dibelenggu oleh sebuah perubahan yang bersifat modern. Perubahan sosial budaya yang bersifat modern telah dan sedang mengancam kelangsungan hidup masyarakat bangsa Papua. Ancaman melalui perubahan itu terlihat ketika para penggerak perubahan itu melihat kekayaan alam Papua maupun kekayaan kultur ini dari perspektif kepentingan demi keuntungan berlipat ganda.  

Beragam kekayaan alam maupun keragaman kultur itu dijadikan sebagai peluang untuk dapat dihancurkan demi memenuhi kepentingan kapital global. Meskipun seharusnya keragaman maupun beragam kekayaan itu sebagai warisan leluhur bangsa Papua yang perlu diselamatkan dan/atau dilestarikan demi menunjang kelangsungan hidup generasi mendatang.

Namun, bagaimana mungkin hal itu dilakukan ketika kepentingan berbicara lain. Oleh karena itu, pelestarian yang bersifat transformatif harus dilakukan oleh masyarakat bangsa Papua yang memiliki rasa kesadaran dan kepedulian yang tinggi. Namun, karena saat ini,  masyarakat bangsa Papua sedang dikendalikan oleh sistem yang dibuat oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI) dengan kepentingan kapital global yang ingin melampiaskan  nafsunya. Masyarakat bangsa Papua, tanpa disadari telah dan sedang dikapitalisasi. 

Hal ini terlihat ketika nilai-nilai sosial yang dimiliki oleh masyarakat bangsa Papua telah dan sedang ditinggalkan. Rasa empati, saling membantuh, saling menolong dan kolektifitas dalam kehidupan masyarakat Papua telah dan sedang ditinggalkan dan saat ini menjadi barang langkah. Perang antar suku, antar kelompok, antar kampung bahkan antar wilayah terjadi di seluruh pelosok tanah Papua. Segala sesuatu dalam kehidupan masyarakat bangsa Papua bisa dinilai dengan uang sehingga semua orang diarahkan untuk mencari dan mendapatkan uang dengan cara apa pun.

Tidak peduli yang merayap dan yang tersiksa serta yang miskin. Sementara mereka yang kaya bersenang-senang di atas penderitaan rakyat miskin yang mendambahkan keadilan. Konteks ini menjadi peluang emas bagi pihak ketiga untuk menjalankan misi kepentingannya. Rakyat miskin dan yang tak berdaya ditawarkan belasan bahkan puluhan juta sambil memberikan berbagai macam bantuan sosial yang serat dengan pretensi politik. 

Masyarakat kecil ditawar dan diberikan uang maupun bantuan sosial dengan catatan tidak mengemukakan pandangan politiknya tentang nasionalisme bangsa Papua yang lahir dari kawin paksa yang terjadi pada 1 Mei 1963. Bantuan maupun tawaran yang memiliki pretensi politik ini merupakan hasil kekayaan alam Papua yang telah dikeruk, tetapi kemudian hasil itu digunakan sebagai alat untuk menutup mulut bahkan membunuh orang Papua yang bersuara soal hak politiknya.  Ini sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi itulah realitas politik yang telah dan sedang terjadi di tanah Papua.

Konflik dan Perubahan

Masyarakat Papua kini berada pada masa transisi. Terjadi tarik-menarik antara suasana hidup yang lama dengan yang baru. Untuk memperkuat kedua kondisi hidup ini terjadi banyak persoalan yang menelan harta benda bahkan nyawa sekalipun sebagaimana dituliskan di atas ini. Kondisi ini berlangsung lama hingga kapan akan berakhir, entahlah...!! 

Jika kedua kondisi ini masih mempertahankan posisi masing-masing, maka memungkinkan terjadinya satu perubahan yang baru, yakni perubahan yang bersifat revolusioner sebagai sintesis antara kedua kondisi yang saling bertikai ini. Namun, orang Papua akan kehilangan sifat ke-Papua-an. Orang Papua akan kehilangan jati dirinya yang menjadi ciri khas orang Papua. 

Perubahan yang bersifat revolusioner ini digerakkan oleh kaum muda yang tidak mau ambil pusing dalam pertikaian antara kondisi sosial budaya yang  bersifat tradisional dengan yang modern ini. Namun setelah kita mencapai pada perubahan yang bersifat revolusioner, orang Papua akan kehilangan identitas diri orang Papua yang sebenarnya. 

Untuk mengantisipasi persoalan yang mungkin terjadi ini, maka seharusnya orang Papua pada umumnya, terutama generasi muda Papua perlu mempelajari dan mendokumentasikan untuk menarasikan dari generasi ke generasi di sepanjang jaman demi keselamatan peradaban bangsa Papua ke depan.

Pilihan Kita 

Kondisi perubahan yang sedang terjadi di Papua sebagaimana diuraikan di atas ini memberikan gambaran kepada kita agar dapat mengambil posisinya. Penentuan posisi ini menjadi penting bagi para penggerak perubahan demi memperjuangkan perubahan itu sendiri. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas ini perlu dapat memahami entah itu dampak perubahan baik secara positif maupun secara negatif agar tidak salah dalam menentukan posisinya.

Hal ini menjadi urgen, agar dikemudian hari mudah dapat mengantisipasi terjadinya persoalan yang  muncul. Setelah menentukan posisinya, perlu melakukan tindakan-tindakan secara konkrit untuk memperjuangkan perubahan yang dikehendaki itu sendiri, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini perlu dilakukan supaya kita tidak menjadi penonton atau penunggu kapan perubahan itu terjadi, tetapi kita menjadi penggerak perubahan itu sendiri. Terjadinya perubahan itu, harus dimulai dari generasi muda, oleh generasi muda dan untuk generasi muda Papua. Tidak boleh ada yang menunggu dan menunda waktu, tentukan sikap dan mengambil posisi untuk berdinamika di dalamnya.

Kesimpulan dan Refleksi 

Berangkat dari uraian singkat di atas ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Papua telah dan sedang terjadi proses perubahan yang dapat disertai dengan beragam persoalan yang mengorbankan harta benda bahkan nyawa masyarakat Papua. Persoalan tersebut menunjukkan bahwa di Papua sedang bertikai antara suasana hidup yang bersifat tradisional dan yang modern.

Konteks ini terjadi karena disatu pihak ingin mempertahan jatidiri mereka, sementara di pihak lain demi melampiaskan nafsu kepentingan kapitalis untuk mengeruk kekayaan alam Papua sambil menghancurkan tatanan sosial budaya masyarakat Papua. Maka perubahan yang bersifat revolusioner akan menjadi pilihan yang akan ditempuh dan diperjuangkan oleh generasi muda Papua sebagai sintesis dari pertakaian di atas ini. Namun, orang Papua akan kehilangan jati dirinya, untuk itu tentang jati diri orang Papua perlu dituliskan demi keselamatan peradaban bangsa Papua ke depan.

Ada bebarapa hal yang menjadi refleksi buat kita orang Papua yang sedang berada dalam medan pentempuran ini bahwa:

-          Sadarkah kita atas konteks yang terjadi di Papua ini?
-          Sudahkah kita menentukan posisi atau peranan dalam proses perubahan demi mencapai apa yang kita inginkan?
-          Akankah kita mempertahankan identitas diri kita demi keselamatan peradaban bangsa ini?
-          Apakah generasi muda sadar bahwa mempertahankan identitas diri adalah tugas dan tanggungjawabnya?

Untuk perubahan Papua ke arah yang lebih baik, harus digerakkan oleh orang Papua, terutama generasi muda terpelajar. Waktu muda adalah kesempatan emas untuk melakukan apa saja, terutama upaya-upaya keselamatan peradaban bangsa Papua.

Baca Juga Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply