(Sumber Foto: Group KNPB Pusat. Tuju Negara Pasifik yang Kritik Indonesia soal HAM di Papua) |
Oleh:
Mkael Tekege
Dalam Sidang Umum PBB, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Nauru,
Kepulauan Marshall, Tuvalu, dan Tonga menyatakan keprihatinan pada kondisi
rakyat Papua Barat yang masih mengalami banyak pelanggaran HAM. Mereka kritik
Indonesia yang memperlakukan dan/atau menjadikan masyarakat Papua Barat seperti
manusia setengah binatang dan meminta Indonesia melakukan referendum bagi Papua.
Nara Rakhmatia
Masista, masih berumur 34 tahun yang merupakan diplomat junior ini pun tidak
tinggal diam dan menanggapi pernyataan kritik dari tuju negara pasifik ini. Ia
menganggap tuju negara Pasifik itu mengganggu kedaulatan negara Indonesia,
bahkan mengklaim Indonesia memiliki komitmen terhadap HAM sehingga tidak perlu
ditanyakan.
“Ini adalah bentuk
pelanggaran kedaulatan dan integritas wilayah negara kami”. “Komitmen Indonesia
terhadap HAM tak perlu dipertanyakan lagi. Indonesia adalah pendiri Dewan HAM
PBB”.
(Nara Rakhmatia Masista).
Dengan respon seperti
di atas ini, publik Indonesia pun memuji dan menganggap Nara telah menampar
tuju negara Pasifik itu bahkan dianggap telah menyelamatkan kedaulatan negara
Indonesia.
Kecantikannya pun mendapatkan
banyak pujian karena dianggap pernyataan Nara cantik, secantik wajahnya.
Tetapi coba tengok dibalik kecantikan ini, menyembunyikan sederet kasus
pelanggaran HAM berat yang dihadapi masyarakat Papua.
Cantik
Nara memang cantik.
Cantiknya wajah dan pernyataan diplomat muda Indonesia ini sebenarnya
menggambarkan percaturan politik Indonesia di Papua untuk memusnahkan orang
Papua. Indonesia memainkan politik cantik di Papua.
Lebih banyak orang
Papua telah dan sedang dijinakan, ditaklukan dan dijebak serta dikorbankan dalam
politik cantik ini. Cantik memang senjata paling ampuh bagi Indonesia untuk
memusnahkan orang Papua demi kepentingan kekuasaan dan ekonomi politik di
Papua.
Indonesia memang
lihai dalam memainkan politik cantik ini dan mampu menggoda sebagian besar
orang Papua yang karakternya telah dimatikan ini melalui Jabatan yang cantik,
janji yang cantik dan perempuan yang cantik. Itulah yang disebut politik cantik
Indonesia.
Jabatan yang Cantik
Masalah ini sudah
menjadi rahasia umum dikalangan publik Papua maupun Indonesia. Jabatan yang
cantik menjinakan kebanyakan orang Papua, terutama para politikus lokal Papua
hingga tuli dan bisu atas apa yang dihadapi oleh rakyat bangsa Papua.
Mereka yang dijinakan
ini menjadi kepanjangan tangan Indonesia di Papua, menjalankan kepentingan
Indonesia di Papua, dan menghambat serta menghantui setiap aktifitas politik
kemerdekaan Papua.
Kelompok ini ketika
tidak diberi jabatan yang cantik, berteriak Papua Merdeka. Mereka memanfaatkan
kata Papua Merdeka demi mendapatkan jabatan yang cantik. Sehingga kata Papua
merdeka itu mengandung makna ganda. Disatu pihak dijadikan sebagai argumen
untuk mendapatkan jabatan yang cantik, dan sebagai ekspresi nasionalisme di
lain pihak.
Janji yang Cantik
Soal janji yang
cantik, bagi rakyat Papua bukanlah menjadi
hal baru dalam kehidupan mereka. Indonesia selalu memberikan janji yang cantik
kepada rakyat Papua, terutama terkait penyelesaian persolan HAM yang dihadapi
rakyat Papua.
Realitasnya janji
cantik itu tidak pernah dibuktikan. Indonesia melalui militer berusaha
mengalihkan perhatian publik dengan menciptakan persoalan baru. Akhirnya janji
cantik tadi dilupakan dan muncul lagi janji cantik yang baru. Begitu terus
hingga kini yang cantik ini masih tetap ekses.
Ya....karena cantik
janjinya, masih ada orang yang percaya dan menunggu datangnya cantik-cantik ini
hingga sampai di alam baka pun mereka mungkin masih menanti datangnya cantik
ini. Indonesia pun dijuluki negara yang banyak janji cantik, tanpa bukti yang
cantik.
Perempuan yang Cantik
Cantik yang ini
sangat berbahaya. Perempuan yang cantik memang telah dan sedang menggoda dan
mengorbankan banyak orang Papua. Ya, ini memang politik Indonesia yang bermuara
pada etnis cleansing secara halus
yang telah dan sedang dimainkan oleh Indonesia melalui militer di Papua.
Banyak perempuan Pekerja
Seks Komersial (PSK) cantik yang menghidap penyakit AIDS dari luar Papua dipekerjaan
dan difasilitasi oleh militer secara liar untuk menyebarkan penyakit mematikan
ini dikalangan orang Papua.
Bahkan para cantik
Papua sendiri pun dipekerjaan di dalamnya. Mereka tersebar dan bekerja di
seluruh pelosok Papua tanpa kontrol. Maka tidak heran, di Papua menduduki
peringkat pertama dengan jumlah orang penghidap penyakit mematikan ini. Nikah
silang pun bagian dari ini.
***
Indonesia menunjukkan
kecantikannya dalam sidang Umum PBB itu mengandung pesan secara tersirat bahwa
Indonesia sedang memainkan politik cantik di Papua. Cantik, ya memang cantik.
Cantik di Papua dan cantik di PBB.
Kebanyakan orang
Papua terjatuh dalam masalah cantik ini karena karakternya telah dimatikan
sehingga mudah bagi Indonesia untuk menggoda melalui cantik ini. Ada yang
menjadi budak sistem dan otoritas, ada juga yang menjadi penanti cantik dan ada
pula yang menjadi korban dari cantik ini.
Sayangnya, di PBB
tidak ada tempat bagi yang cantik ini. Karena mereka yang hadir di PBB, tidak
sama dengan orang Papua yang mudah digoda dengan cantik ini hingga yang cantik
ini menyisakan tanda tanya yang perlu direspon Indonesia.
Urusan dalam negeri
bukanlah sebuah jawaban, juga pembangunan, penyelesaian HAM secara adat juga
bukan, kunjungan Jokowi ke Papua pun demikian. Karena semua itu termasuk yang cantik
tadi. Oleh karena itu, Indonesia harus mengijinkan pihak ketiga datang melihat
dan membuktikan apakah Indonesia benar-benar cantik atau cantik hanya topengnya
Indonesia. Ayo tunjukkan mukamu yang sebenarnya.
Tidak ada komentar: