Yoseph dan Mikael
***
![]() |
(Peta Papua. google.com) |
Mengenal Yesus dan Ajaran_Nya
Semua orang di dunia ini merupakan anak
Allah karena kami semua adalah karya penciptaan_Nya. Allah menginginkan semua
umatnya selamat dari berbagai macam godaan dan cobahan di dunia ini. Memang
menusia diciptakan untuk menghadapi semua itu, dan bagi orang yang bertahan dan
mampu menghadapi semua itu akan diselamatkan karena keteguan iman. Untuk
memperkuat hal itu, yesus hadir ditenga-tenga kehidupan manusia yang sangat kejam, dibawah kekuasaan yang
menindas untuk melawan secara damai segala bentuk penindasan dan membebaskan
umat demi kebenaran dan keadilan.
Yesus adalah seorang manusia sama
sepaerti insan manusia lainnya dimuka bumi ini. Ia dilahirkan oleh seorang ibu,
dan dibesarkan dalam kasih sayang. Ia adalah pejuang kebenaran, keadilan,
kemanusiaan dan Ia juga adalah raja damai yang melawan sistem secara damai
pula. Umat kristiani di seluruh dunia percaya bahwa Yesus anak Allah karena
menegakan kebenaran dan keadilan dengan melawan sistem yang menindas hingga
akhirnya mengorbankan nyawanya. Ia tidak membiarkan ketidakadilan dalam
kehidupan umat manusia sehingga ia melawan secara damai bahkan korban demi
kebenaran dan keadilan serta kemanusiaan.
Yesus mengajarkan kebenaran dan
keadilan disertai dengan tindakan nyata secara damai. Berangkat dari itu, umat
kristiani yang menganut ajaran Yesus harus mengikuti jejaknya. Yesus mewariskan
pentingnya menegakan keadilan, kemanusiaan dan kebenaran, maka harus melawan
sistem yang menindas, bukan hanya mewartakan kasih sayang antar sesama.
Yesus tidak membiarkan ketidakadilan dan
penindasan terjadi begitu saja dalam kehidupan umat manusia sehingga berjuang
melawan sistem berdasarkan kasih sayang dan damai. Yesus tidak mengajarkan
umatnya untuk tunduk pada sistem yang menindas pada saat itu, namun Ia mengajak
umat untuk melawan sistem secara damai dan itulah esensi daripada ajaran_Nya.
Oleh karena itu, sebagai pewaris
perjuangan secara damai, maka itulah yang diajarkan dan disertai dengan
tindakan nyata, bukan mengajak umat tunduk pada sistem yang diterapkan oleh
penguasa. Itu sangat kekeliruhan yang luar biasa, sehingga bagi para pawaris
bahwa jangan salah maknai kasih sayang dan damai yang diajar oleh Yesus kalau
memang anda adalah pengikutnya.
Cinta Kasih dan
Damai
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih
sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta merupakan sifat baik yang
mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Cinta juga
merupakan kegiatan aktif yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain atau
sesama, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian dan membantu serta kasih
sayang. Cinta lebih
bersifat universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara,
keluarga dan masyarakat luas. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa cinta
kasih dan sayang yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak
memberi daripada menerima. Sehingga cinta memperkuat kasih sayang. Dengan
demikian, cinta kasih akan menciptakan kedamaian.
Dalam buku berjudul
Bertuhan Tanpa Agama (Bertrand Russell, 2013: 65), ada dua jenis cinta, cinta
selektif duniawi, yang diberikan pada apa yang menyenangkan, indah, atau baik;
dan cinta imparsial surgawi, yang diberikan pada semua tanpa membedakan. Cinta
duniawi diimbangi dengan kebencian yang bersifat melawan: untuk teman berupa
musuh yang dilawan; untuk orang suci berupa orang berdosa; untuk Tuhan berupa
setan. Sedangkan damai artinya ketidaan perang, kekerasan, konflik, tenang dalam diri maupun
dalam masyarakat dan menciptakan keadilan dalam kehidupan manusia. Dengan
demikian, damai adalah menegakan kebenaran dan keadilan tanpa diganggu gugat
oleh siapapun dan atas nama apapun karena damai merupakan tujuan utama dari kemanusiaan.
Ajaran Agama
Kristen
Intisari dari ajaran agama kristen
adalah “cinta kasih dan damai” sehingga
bagi penganut atau pengikut ajaran tersebut
harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kadang antara konsep dan konteks
tidak sejalan, tetapi kita harus mengakui bahwa sebagai manusia yang tentunya tidak
luput dari kekurang dan keterbatasan serta kelemahan pantaslah terjadi
demikian. Dan kadang ada banyak orang salah mengartikan dalam kehidupan baik itu para pewarta firman
maupun umat sehingga membiarkan suatu
persoalan yang terjadi didepan matanya bahkan tidak peduli dan takut.
Satu hal yang perlu diketahui oleh
pawarta maupun umat kristiani bahwa, kita adalah pengikut Yesus Kristus,
sebagaimana kita biasa dengar pada saat khotbah setiap hari minggu dan kita
biasa baca dalam alkitab. Kita juga biasa melihat dan membaca bahwa ada foto
tentang yesus yang dibawahnya dituliskan “Yesus Raja Damai”. Maka kitalah (umat
kristiani) yang merupakan pewaris damai dalam dunia yang penuh dengan cobaan
ini. Kita semua tahu bahwa Yesus adalah seorang pejuang damai yang sejati.
Yesus lahir ditengah ketidakadilan yang terjadi dalam umat untuk membebaskan
dan mengangkat kebenaran dan menegakan keadilan
yang dibungkam oleh para penguasa karena Yesus tahu bahwa ketidakadilan
dan penindasan perlu diakhiri dimuka bumi ini.
Dibalik Firman
Tuhan
Agama dipandang sebagai keyakinan
setiap insan manusia terhadap Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta
segala isinya. Berdasarkan keyakinan tersebut, umat mendapatkan dan
mendengarkan firman Tuhan tentang kebenaran, kedamaian, kabar gembira dan
sebagainya. Begitu juga dengan masyarakat Papua. Masyarakat Papua pada umumnya
menganut tiga agama, yakni Kristen Katolik, Kristen Protestan dan Islam.
Meskipun setiap bangsa memiliki agama asli atau tradisional, namun itu sudah
berhasil dematikan oleh penyebaran agama yang telah berselingkuhan dengan tiga
G, yakni Glory, Gold dan Gospel.
Disamping itu, ada satu paham yang
sebenarnya satu paket dengan penyebaran agama tersebut, yakni teori atau paham
animisme dan dinamisme. Paham atau teori ini digunakan sebagai doktrin untuk
mempengaruhi umat agar dapat menerima ajaran agama baru. Masyarakat Papua
dibawah alam sadar atau secara tidak sadar menerima agama tersebut dan
meninggalkan agama atau keyakinan aslinya. Disisi lain, masyarakat Papua dahulu
telah dijebak dalam penyebaran tersebut, karena tingkat pengetahuannya kurang
bahkan sebagai hal baru sehingga rasa ingin mencobah atau ingin tahu semakin
meningkat dalam diri mereka sehingga menerima ajaran tersebut.
Akibatnya, telah menghasilkan sejarah politik
yang hingga saat ini masih belum tuntas. Papua memiliki sejarah politik yang
sangat berbedah dangan wilayah lain di negara indonesia. Namun, pada tahun 1963
dianeksasi kedalam negara Indonesia demi kepentingan ekonomi politik diatas
tanah Papua. Sejak saat itu, merupakan awal dari berbagai macam persoalan
kemanusiaan terhadap masyarakat Papua, baik pembunuhan, pembantaian,
penculikan, pemerkosaan, perampasan dan lain-lain yang dilakukan oleh para
TNI/Polri hingga saat ini terhitung 53 tahun.
Mereka (masyarakat) Papua dikorbankan
oleh negara-negara yang berkepentingan sehingga nilai-nilai humanisme tidak
diperhatikan, masyarakat Papua menjadi
objek untuk melakukan praktek kejahatan oleh para militer yang belajar
ditempat lain. Penindasan dan penjajahan terjadi didalam kehidupan masyarakat
Papua disegala aspek kehidupan. Dalam konteks tersebut, agama mengajarkan kita
agar tetap mendoakan, mengampuni dan memberikan
cinta kasih kepada mereka yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan,
sementara kejahatan semakin hari semakin meningkat.
Hanya kata-kata itu saja tidak cukup
bahkan tidak bisa, kata orang bahwa setiap doa harus disertai dengan tindakan
nyata. Jika anda ingin bebas dari penjajahan dan penindasan maka ambillah
tindakan untuk berjuang seiring dengan doa, bukan hanya meminta kepada Tuhan
untuk membebaskan anda. Tuhan selalu turut membantu melalui setiap perbuatan
dan tindakan kita. Sebagai penginjil/pewarta dan umat kristiani yang merupakan
pewaris ajaran Yesus, maka saat inilah kita melawan dan memperjuangkan
kebenaran demi kebebasan, kemanusiaan dan terciptanya kedamaian sejati ditanah
air kita tercinta Papua.
Pewarta Firman Tuhan (Pastor dan
pendeta), jangan mengajak umat untuk tunduk pada penguasa yang menindas itu,
tetapi tunjukkanlah sikapmu sebagai pewaris ajaran kristus dengan mengajak umat
untuk berjuang dan bebas dari segala bentuk penindasan melalui cara-cara yang
damai. Katakanlah kepada umat bahwa
hanya doa saja tidak cukup, maka berjuanglah “oraed labora” untuk mengakhiri
semua ini. Janganlah salah maknai arti cinta kasih dan damai yang diajarkan
oleh Yesus.
Atas Nama Tuhan
Berangkat dari penjelasan diatas, tidak
heran jika kehidupan perkembangan agama pada masa kini di Papua masih dijumpai
agamawan maupun umat yang bersembunyi dibalik firman Tuhan dengan jalan
melakukan doktrin atas nama Tuhan untuk meloloskan kepentingan tertentu. Kadang
ada banyak umat yang tidak mengerti atau
mungkin tahu atas konteks ini, tetapi dibiarkan begitu saja. Umat yang tahu
akan hal ini merasa bahwa mengkritisi pastor atau pendeta adalah sebuah wujud
dosa sehingga membiarkan begitu saja. Sedangkan umat yang belum tahu atas
konteks ini merasa bahwa telah mendapatkan atau mendengarkan firman Tuhan dan
menghayati.
Ajaran-ajaran yang menyimpan dari
alkitab adalah mengajak umat untuk tunduk pada sistem, sabar, kasih sayang
melampaui batasan dan damai. Sementara bagaimana mewujudkan kedamaian tersebut
itu tidak perna diajarkan atau disampaikan melalui kotbah diatas mimbar yang
menurut mereka mimbar suci. Mungkin para agamawan atau bahkan umat tidak
mengerti kehadiran dan perjuangan Yesus Kristus ditenga umat yang menderita
akibat sistem yang menindas pada saat itu yang konon situasinya sama dengan
yang terjadi di Papua. Ketika orang bertanya Pertanyaan paling fundamental yang
mungkin perlu dijawab oleh agamawan dan umat beragama di Papua adalah “mengapa
yesus digantung dikayu salib?” tanpa ragu para agamawan maupun umat akan
menjawab “karena dosa manusia” Tuhan Yesus mati di kayu salib untuk menebus
dosa umat manusia di dunia ini.
Itulah jawaban yang tidak perna
dibantah oleh siapapun dan atas nama apapun. Menurut kami, Tuhan Yesus mati
dikayu salib karena Ia melawan hukum dan
kekuasaan yang menindas secara damai. Dengan demikian, yesus mati dikayu salib
demi membela umat miskin, tak berdaya dan yang terlantar yang ditindas oleh
sistem. Karena itu, jelaslah bahwa Ia (Yesus) menebus dosa penguasa saat itu yang menjalankan sistem yang
menindas. Dengan kata lain, kematiannya menebus dosa bagi yang menindas dan
keselamatan bagi yang ditindas.
Penyampaian yang menyimpan atau
berselingkuhan dengan kepentingan tertentu adalah menambah dosa bagi yang
menjalankan sistem yang menindas, sedangkan penindasan bagi umat miskin yang
lemah. Artinya bahwa jika umat dengan serius menghayati kotbah yang menyimpan,
maka secara tidak langsung umat miskin menerima atau menindas diri sendiri. Iman
tanpa perbuatan adalah sia-sia, itulah kalimat yang memperkuat doktrin kepada
umat agar dapat merealisasikan atau mempraktekan apa yang mereka dapat melalui
kotbah yang menyimpan tersebut sehingga kadang bagi umat yang menghayati kotbah
yang menyimpan itu menghantui setiap aktifitas dan kadang juga ragu dalam
mengambil sikap atau keputusan dalam menghadapi konteks sosial yang terjadi
dalam kehidupan umat beragama.
Seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa kotbah yang menyimpan selalu bersifat persuasif atau diarahkan untuk
pasrah menerima perlakuan apapun oleh pihak yang menjalankan sistem yang
menindas itu. Sementara umat hidup dalam masalah diatas masalah yang sangat
tumpang tindi dan pintu menuju maut pun semakin terbuka lebar. Karena itu,
tidaklah berlebihan jika saya menyatakan umat beragama di Papua dijebak dan
didoktrin atas nama Tuhan demi kepentingan tertentu. Andaikan dari awal para pendahulu tidak menerima kaum
misionaris, mungkin umat beragama di Papua pada masa kini pasti menghindar dari
jebakan atau doktrin yang menindas ini.
Hal paling signifikan yang perlu
dimengerti oleh umat beragama di Papua bahwa kata-kata persuasif yang
disampaikan melalui kotbah atau kegiatan kerohanian lainnya itu sebenarnya ada
batasan. Karena jika kita kaitkan dengan pengorbanan Yesus, jelaslah bedah
jaman sehingga tidak bisa di samakan dengan jaman sekarang.
Siapakah Yesus
Pada Masa Kini?
Menurut umat kristiani, Yesus adalah
raja damai, Sang penebus dosa manusia dan sebagainya. Yesus juga mengorbankan
nyawanya demi menebus dosa umat manusia di dunia ini. Menurut kami Yesus adalah
pejuang kemanusiaan sejati. Ia berjuang melawan sistem yang menindas umat
miskin hingga mati di kayu salib. Karena
itulah Yesus adalah Penyelamat bagi umat pada jaman_Nya. Pada intinya Yesus
adalah seorang pejuang kemanusiaan secara
damai.
Berdasarkan difinisi tersebut kadang
orang atau umat menaruh harapan keselamatan pada Yesus yang telah mati dikayu
salib bersama doa tanpa melakukan tindakan-tindakan kongkrit demi keselamatan tersebut. Dengan ini, umat
merasa telah menganut ajaran Sang pejuang kemanusiaan tersebut, pada hal,
sebenarnya menjadi pengikut Yesus ketika
kita menjadi pewaris ajaran dan perjuangan-Nya. Karena selama ini, kadang orang
berbiacara damai tetapi tidak perna berbicara bagaimana mewujudkan kedamaian
tersebut. Kedamaian saat ini yang diperjuangkan sekalipun berlaku bagi kelompok
tertentu, begitu juga dengan kasih sayang.
Jika kita berbicara berdasarkan Firman
Tuhan, manusia mempunyai dua kehidupan, yakni kehidupan sebelum mati atau didunia
dan kehidupan setelah mati atau disurga. Karena itu, manusia juga memiliki dua
didalam satu (two in one), yakni aku dan diriku. Karena itu, manusia harus
memperjuangkan keselamatan bagi aku dan diriku. Jangan sampai kita meninggalkan
salah satu diantaranya sehingga kehidupan manusia menjadi neraka bagi dunia dan
surga bagi akhirat atau sebaliknya. Jika manusia berusaha menciptakan suasana
hidup surga di dunia, maka kadang tidak memperhatikan usaha itu antara haram
dan halal, sehingga minimal kita berusaha hidup setenga surga di dunia, sambil
berusaha kehidupan surga bagi akhirat. Dengan ini, kita berperan dan menjadi
teladan bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Karena itu, Yesus pada masa kini adalah orang yang
memperjuang kemanusiaan demi keselamatan umat yang tidak berdaya atau miskin
yang ditindas oleh sistem ataupun kepentingan tertentu. Dengan ini, tidaklah
berlebihan jika kami menyatakan Mahatma Gandhi adalah Yesus bagi orang India,
Nelson Mandela adalah Yesus bagi orang Afrika, Marten Luter King adalah Yesus bagi
orang Amerika Latin dan yang lainnya. Sekarang pertanyaan selanjutnya adalah
siapakah Yesus bagi bangsa Papua? Apakah pemerintah yang menjalankan sistem ini,
agamawan, kaum terpelajar, masyarakat? Atau siapakah dia?
Tidak cukup hanya mendengarkan firman
Tuhan tanpa melakukan aksi-aksi nyata yang bersifat universal demi kedamaian
dan keselamatan. Bukan hanya terbatas pada keluarga atau kelompok golongan
tertentu. Masyarakat Papua sadarlah dalam menghayati atau memaknai esensi
Firman Tuhan ini, agar tidak terjebak dalam doktrin dan batasan dosa yang
kadang tidak jelas ini. karena, sebenarnya doktrin atas nama Tuhan itulah yang
sedang menghambat kehadiran Sang pejuang sejati (Yesus) bagi Papua untuk
menyelamatkan bangsa Papua dari penderitaan ini.
“Hasil diskusi lepas Yoseph dan Mikael di Bang Ucok, 14
Oktober 2014”
Tidak ada komentar: