(Foto, Ilustrasi: Nusantara News.com)
“Pada saat
posisi sebagai mahasiswa itulah kesempatan yang baik untuk memahami Papua
secara keseluruhan dan menentukan sikap perlawanannya untuk merebut harkat dan
martabat bangsa Papua yang sedang diinjak oleh kolonialis dan kapitalis demi
kepentingan kekuasaan, ekonomi politik”.
Oleh: Mikael Tekege
Belum adanya pemahaman tentang ke-Papua-an dalam diri
mahasiswa Papua di luar dan juga di tanah air (Papua) menjadi persoalan
tersendiri bagi generasi muda, terutama mahasiswa Papua. Persoalan yang
dimaksud di sini adalah terciptanya peluang untuk masuknya doktrin dari
luar demi kepentingan tertentu. Karena
sampai saat ini, kita belum sadar kalau tanah Papua ini dirampas dan dijadikan
sebagai tempat melampiaskan nafsu para kapitalis. Kita juga belum sadar kalau
orang Papua dibunuh, disiksa, diperkosa dan ditindas serta dideskriminasi di semua
aspek kehidupan.
Karena tidak sadar, kadang kita terbawah arus dengan politik praktis yang
berlaku lima tahunan dan pemekaran (Desa, Distrik, Kabupaten/kota dan Provinsi),
yang sebenarnya merupakan suatu metode sistematis dari negara untuk memetahkan
dan/atau memecahbelah relasi orang Papua dan menghancurkan budayanya.
Doktrin eksternal yang masuk melalui budaya itu pasti
tatanan hidup masyarakat akan hancur, seperti yang sedang terjadi seluruh
pelosok tanah papua. Orang papua sudah kehilangan identitas. Untuk membangun
ke-Papua-an dalam benak mahasiswa Papua perlu adanya kesadaran atas strategi
politik yang dibangun oleh pemerintah kolonial Indonesia dan kapital global
yang menghancurkan tatanan hidup orang Papua. Seharusnya sebagai orang Papua
tentu sudah tahu dan memahami metode sistematis yang memakai baju “pembangunan
dan kesejahteraan” ini, tetapi menjadi sulit ketika segala sesuatu dalam
kehidupan sosial bisa dinilai dengan rupiah.
Konteks ini memberikan gambaran kepada kita bahwa
kapitalisasi sosial sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat di seluruh
pelosok tanah Papua. Akhirnya keadilan dan kebenaran serta kepedulian antar
sesama pun dinilai dengan uang. Konteks inilah yang membuat semua orang sedang
berlomba mencari uang dengan cara apa pun tanpa membedakan antara haram dan
halal.
Sebagai masyarakat awam, dapat dimaklumi dari segi
keterbatasan pengetahuan. Tetapi menjadi persoalan serius yang perlu
didiskusikan ketika generasi muda, terutama mahasiswa Papua terjebak dan/atau
ikut arus dalam konteks ini. Karena sulit bagi masyarakat untuk memahami
konteks ini, ketika orang-orang terpelajar tidak memiliki daya kritis dan tak
mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Karena sampai saat ini, dikalangan mahasiswa Papua belum
menunjukkan rasa kepedulian terhadap persoalan yang terjadi bahkan tidak ada
yang memahami Papua seutuhnya, paling yang diketahui hanya lingkup wilayah
administratif masing-masing. Hal ini terjadi karena mahasiswa tidak memiliki daya kritis akhirnya
bisa dan/atau mudah didoktrin sehingga yang menjadi korban adalah masyarakat kecil, karena mereka (masyarakat,
terutama keluarga) dari mahasiswa yang tidak memiliki daya kritis ini
memberikan doktrin dengan pemahaman yang dangkal tersebut sehingga masyarakat
Papua tetap berada dalam situasi yang ada, atau dengan kata lain, berjalan di tempat.
Akhirnya rasa memiliki dan rasa empati terhadap sesama orang Papua yang telah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan sosial kini semakin pudar.
Sadar dan Lawan
Pemahaman tentang ke-Papua-an perlu diberikan secara
regenerasi kepada setiap individu, komunitas, dan organisasi Papua yang ada di mana
saja. Pemahaman yang dimaksud terkait beragam potensi alam maupun kultur serta
akar dari beragam persoalan di Papua yang sampai saat ini belum tuntas. Perlu
menelusuri dari mana munculnya semua persoalan itu supaya kita bisa memberikan
jawaban atas persoalan tersebut, dan juga kita perlu menyadari di mana
eksistensi kita, asal dari mana dan apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
Papua agar kita benar-benar sadar.
Kesadaran diri pribadi sebagai mahasiswa Papua sangat
diperlukan tertanam dalam diri setiap individu agar merasa terpanggil untuk
mengambil bagian dalam merespon sejumlah persoalan yang melanda kehidupan orang
Papua. Organisasi mahasiswa Papua yang ada di mana saja perlu melakukan
pengkaderan dengan metode pendekatan ideologi organisasi yang bersangkutan,
bukan dengan pendekatan makan dan minum serta hubungan kekerabatan. Pendekatan
ideologi dapat diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan oleh
organisasi yang mampu memberikan kontribusi positif bagi setiap kader agar
benar-benar merasa bertanggungjawab dalam menjalankan dan/atau memperjuangkan
ideologi organisasi tersebut.
Pengkaderan dengan pendekatan ideologi organisasi ini
sangat penting sehingga perlu diupayakan untuk membentuk kader berkarakter yang
mempunyai kesadaran dan loyalitas yang tinggi dalam memperjuangkan ideologi
organisasi. Orang yang mempunyai kesadaran dan loyalitas terhadap organisasi
tak akan berhenti memperjuangkan ideologinya hingga nyawa bisa dipertarukan.
Pengkaderan seperti ini harus berjalan terus memberikan pemahaman ke-Papua-an
kepada kawan-kawan mahasiswa Papua lainnya demi membentuk kader berkarakter dan
berkualitas secara terus-menerus.
Untuk itu, perlu adanya komunikasi yang intens serta
memberikan pemahaman ke-Papua-an melalui metode yang lebih sederhana, yakni
pendekatan individu dengan cara menutupi kelemahan, dengan ini secara
perlahan-lahan akan muncul kesadaran dalam diri mahasiswa Papua. Oleh karena
itu, apabila kita memberikan suatu pemahaman harus dengan sungguh-sungguh, agar yang mendengarkan bisah
mengerti dan menerima tanpa meragukan, tetapi yang perlu diingat adalah bahwa
orang lain bisa berikan yang duplikat, maka berjuang dan berusaha untuk
mendapatkan yang aslinya tanggungjawab pribadi.
Namun, penulis juga menyadari bahwa mahasiswa bukan
berarti mengetahui segala hal, tetapi
mahasiswa berarti berproses untuk mengetahui banyak hal-hal baru melalui
perkuliahan dan terutama diskusi, seminar, membaca, dan manulis serta
kreatifitas lainnya. Untuk membangkitkan jiwa patriotisme dan nasionalisme ke-Papua-an
ditingkat mahasiswa Papua perlu melakukan pengkaderan melalui
organisasi-organisasi Papua yang ada supaya kita mempunyai pegangan dan
perjuangan Papua tetap eksis dan ideologi diregenerasi.
***
Esensinya, perlu adanya pemahaman tentang ke-Papua-an
melalui organisasi Papua yang ada, melakukan kaderisasi, melakukan pendekatan
individu, bergabung dan mengikuti kegiatan apa saja yang diselenggarakan oleh
organisasi Papua dan yang lainnya.
Diskusi harus diteruskan dan banyak membaca berdiskusi dan manulis kalau sudah
terbiasa , nanti anda akan haus ilmu. Setiap hari harus sisikan waktu beberapa
menit untuk membaca. Jika mahasiswa Papua sudah memahami Papua, baru bisa
bergabung keluar untuk mencari pengalaman dan ilmu di organisasi mana saja. Hal
ini penting agar kita tidak mudah terdoktrin dengan kepentingan tertentu yang
merendahkan harkat dan martabat manusia Papua.
Tidak ada komentar: